Mumun Nekat Jual Ginjal Demi Biaya Berobat Suami
- VIVA / Zahrul Darmawan (Depok)
VIVA – Lantaran bingung tak memiliki biaya untuk berobat suami, seorang wanita paruh baya nekat menjajakan ginjalnya sendiri di hadapan publik. Aksi nekat Mumun Sumiyati (59 tahun) telah berlangsung sejak beberapa hari terakhir, namun hingga kini usahanya belum membuahkan hasil.
Ditemui di kediamannya di kawasan Kampung Rawa Indah, Kecamatan Cipayung, Depok, Jawa Barat, Mumun mengaku terpaksa melakukan aksi nekat itu lantaran putus asa dengan biaya pengobatan suaminya, Leo Suyoto (69 tahun) yang mengalami sakit parah. Kondisi ini diperparah lantaran pasangan suami istri itu telah tiga bulan menunggak biaya kontrakan.
“Semua barang sudah habis saya jual, saya cuma punya ginjal. Saya mohon kalau ada yang mau membeli, saya butuh biaya untuk berobat suami dan biaya kontrakan,” katanya berlinang air mata, Sabtu 6 April 2019.
Wanita yang sehari-sehari bekerja sebagai buruh cuci serabutan ini mengaku, awalnya suami tidak tahu jika dia akan berbuat senekat itu. Biasanya, Mumun menjajakan ginjalnya hingga ke wilayah Bekasi.
“Bapak (suami) tadinya enggak tahu. Saya bilangnya pamit mau nyari cucian dan gosokan. Sekarang semua sudah tahu, ya mau gimana lagi, saya sudah enggak punya apa-apa,” tuturnya dengan nada memelas.
Mumun mengatakan, dia dan suami adalah peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BJPS) kelas III. Namun karena penyakit suami terlalu parah, BPJS tidak bisa meng-cover. Ditambah, ia dan suami juga telah menunggak iuran BPJS.
Leo Suyoto (suami Mumun) sudah lima tahun menderita penyakit penyempitan syaraf, diabetes serta hipertensi. Bahkan belakangan ini, Leo mengeluhkan sakit di bagian dada serta bengkak pada kaki dan perut. Untuk mengatasi rasa nyerinya itu, Leo pun harus menjalani terapi di rumah sakit Citama, Bojong Gede. Namun biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit.
“Tiap fisioterapi itu ngeluarin biaya Rp200 ribu untuk suntik sekali dan obat. Itu enggak di-cover BPJS. Fisioterapinya saja setiap minggu minimal sekali. Saya uang dari mana,” kata Mumun sambil menggenggam tangan suaminya yang sudah lemas tersebut.
Mumun mengaku, keluarga, khususnya suami dan dua anaknya sempat merasa kesal dengan aksi nekatnya itu. Namun kini mereka hanya bisa pasrah.
“Saya enggak mau ngeberatin mereka (anak-anak). Mereka juga sulit, yang satu tukang ojek yang satu lagi buruh cuci. Mereka juga punya keluarga yang harus dinafkahi. Biarlah saya berjuang sebisanya,” ucap Mumun sambil menyeka air mata.
Mumun pun menyadari, apa yang dilakukannya itu bertentangan dengan norma agama dan hukum. Namun, kondisi yang memaksanya berbuat seperti itu. “Saya bingung, Pak, saya enggak tahu harus gimana lagi.” kata dia.