Kapolri Sebut Sudah 200 Teroris Ditangkap Usai Bom Surabaya

Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Kapolri Jenderal Tito Karnavian kembali menegaskan, pihaknya tidak akan berhenti memberantas aksi-aksi teroris yang dilakukan oleh sejumlah kelompok radikal di Indonesia. Salah satu yang saat ini jadi fokus utamanya adalah mengungkap jaringan pelaku teror bom Surabaya.

Kapolri menyampaikan, sejak kejadian bom Surabaya, sudah ada 200 teroris yang ditangkap. Tito mengatakan akan bersikap tegas pada kelompok tersebut dan tak membuka ruang dialog. "Kecuali mereka mau berdialog, kalau kita yang berdialog nanti dulu. Kita tunjukkan negara lebih kuat dari teroris,” tegasnya saat ditemui di Markas Koorp Brimob, Kelapa Dua Depok, Jawa Barat, Senin 16 Juli 2018

Dalam kesempatan itu, Tito juga menjelaskan pelaku bom Bondet yang terjadi di Pasuruan, diketahui bernama Abdulah dan saat ini telah ditangkap. Sebagian besar kawannya sudah ditangkap dan ini tidak jauh dari  jaringan kelompok yang sempat berulah di Bank CIMB, di Medan tahun 2010.

“Dulu saya pimpin, beberapa ditangkap dan meninggal itu 16 orang kita angkat, namanya Nibras. Ini masih dalam pengejaran keluarganya, istri anaknya sudah ada pada kami, dengan UU baru cukup dengan tahu suaminya dalam gerakan jaringan itu tanpa dia tahu membuat bom segala macam bisa kita tangkap dengan hukuman 200 hari,” katanya

Sedangkan peristiwa di Indramayu dan Jogja, yang belum lama ini terjadi Tito menduga kuat dilakukan oleh kelompok Jad dan JAK. “Jadi kita sudah tahu jaringannya. Kita bisa tangani ini. Kasus yang di Kemayoran DKI sudah 50 lebih jaringan JAD. Kita pakai undang-undang baru, kalau dulu mereka harus berbuat dulu baru ditangkap, kalau sekarang terbukti anggota jaringan kita tahan 200 hari,” ujarnya.

Tito juga menjelaskan danya dua insiden dalam tiga hari terakhir. Pertama di Kaliurang, Yogyakarta. Ada konflik atau kontak antara anggota Densus yang didukung Brimob dan kepolisian lokal yang mengakibatkan tiga terduga teroris meninggal tertembak, kedua dari anggota kena luka bacok di tangan. Satu hari kemudian, ada peristiwa seorang laki dan perempuan masuk ke Polres Indramayu melemparkan sesuatu yang diduga bom rakitan dan ternyata tidak meledak.

“Ini perlu saya jelaskan agar para masyarakat jangan salah paham peristiwa di Jogja dan Indramayu ini bukan serangan teror yang diinisiasi mereka atau diinspirasi oleh inisiatif mereka. Tapi ini operasi penjajakan survailence, hunting dalam rangka penangkapan jaringan terorisme. Jadi, peristiwa bom Surabaya, itu bagi polri di satu sisi tragedi kita bersedih karena ada korban tapi memberikan peluang yang besar bagi polri untuk masuk ke jaringan ini untuk menangkap mereka,” ujarnya.