Pengakuan Syahroni, Pria Terkenal di Video Telur Palsu
- Bayu Nugraha - VIVA.
VIVA – Syahroni B Daud, warga Kramat Raya, Jakarta Pusat, mendadak terkenal usai video tentang dirinya beredar di media sosial WhatsApp, soal telur palsu.
Diketahui, dalam video terlihat Syahroni sedang membuktikan keaslian telur di Pasar Johar Baru. Saat itu ia membeberkan isu telur palsu itu kepada sejumlah pembeli dan penjual.
Syahroni mengaku termakan isu beredarnya telur palsu di sejumlah wilayah di Indonesia. Isu adanya telur palsu itu didapatkan Syahroni dari grup WhatsApp.
Ia lalu mempelajari cara membedakan telur palsu dan asli. Setelah merasa paham, bagai seorang ahli, Syahroni menuju Pasar Johar Baru, untuk menunjukkan telur palsu dan asli ke masyarakat.
"Karena saya membuka WA sebelum saya praktikkan di sini (di Pasar Johar) memang banyak WA yang masuk tentang telur palsu, banyak sekali bisa dilihat. Atas dasar itulah maka ketika anak saya mendapatkan KJP pulang ke rumah, saya tes dulu. Tolong dilihat apa betul enggak ini telur seperti di WA itu," kata Syahroni di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Maret 2018.
Kemarin, Syahroni bersama kepolisian, BPOM, Dinas Peternakan DKI, dan PD Pasar Johar Baru memberikan klarifikasi atas isu beredarnya telur palsu. Ia pun menjelaskan, awal mula dirinya membuktikan keaslian telur.
"Akhirnya saya lihat, saya pecahkan. Ternyata, waktu itu memang posisi telur yang saya dapat dari KJP ini kuningnya agak kenyal sekali, setelah itu kertas yang membungkusnya itu tebal (membran telur) jadi sesuai ingatan saya bahwa 'wah itu sesuai dengan palsu'," kata Syahroni.
Setelah itu, Syahroni mengadu kepada petugas Pasar Johar Baru dan meminta telur itu segera ditarik dari peredaran. Petugas pun membawa telur itu ke Dinas Peternakan dan Food Stasion DKI Jakarta. Namun, berdasarkan hasil pengecekan petugas, apa yang disangkakan Syahroni salah.
Terkait videonya yang viral, Syahroni mengaku tidak mengetahui siapa yang merekam aksinya itu. Ia menegaskan aksi itu bertujuan hanya ingin mengingatkan masyarakat.
"Enggak tahu (perekam). Karena tujuan tadi saya hati nurani saya tujuan awalnya ya basic dari diri saya saja untuk proteksi masyarakat saja, itu saja," ucap Syahroni.
Atas aksi dan viral video itu, Syahroni pun meminta maaf. Ia mengakui telah keliru membedakan telur palsu atau asli itu.
"Maka saya mohon kepada masyarakat yang terlihat viralnya video ini mohon maaf sekali lagi agar dimaafkan kesalahan saya atas kekeliruan saya mengasumsikan telur ini palsu. Saya mohon sinergi antara pemerintah dan masyarakat tetap memberikan informasi yang betul jangan sampai adanya kejadian kayak gini lagi, baru di-cross lagi," ucap Syahroni.
Sementara itu, Kepala Subdit II Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kombes Pol Asep Safrudin, mengatakan, video soal telur palsu yang baru-baru saja beredar adalah tidak benar.
"Kami koordinasi dengan Kanit Johar Baru, kita lakukan koordinasi dengan Dinas KPKP, kemudian Dinas Peternakan dan Food Station dan ternyata hasilnya tidak palsu. Bahkan telur itu adalah telur yang siap konsumsi oleh masyarakat," kata Asep di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa 27 Maret 2018.
Lebih lanjut, Asep menuturkan, dari patroli yang pihaknya lakukan memang ada seseorang yang membuat telur palsu. Namun, ia menjelaskan, dalam video tersebut memang telur tersebut diperuntukkan hanya sebagai mainan. Namun, beredar di media sosial banyak komentar yang menambahkan bahwa telur palsu sudah masuk ke Indonesia.
"Padahal ini bukan telur palsu. Tapi ini adalah telur mainan yang diproduksi di Korea, untuk dijual dan untuk main anak-anak. Hasilnya memang untuk diperjualbelikan sebagai mainan. Inilah yang diviralkan oleh orang-orang sehingga Syahroni termakan isu telur palsu," katanya.
Dirinya pun menegaskan, tak ada telur palsu yang masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, dirinya mengimbau kepada masyarakat agar tak mudah percaya dengan isu yang beredar di media sosial terkait telur palsu.
"Saya imbau kepada masyarakat agar tidak langsung percaya. Andaikan ada isu tersebut jangan langsung memfoto atau memvideokan ataupun memviralkan. Kalau ada yang dicurigai kalau ada isu itu agar langsung dibawa ke laboratorium atau serahkan ke pihak terkait, itu akan lebih bagus," ujarnya. (one)