Polisi Temukan Dua Koper Isi Uang di Bogor, Ternyata Palsu

Polisi merilis hasil pengungkapan upaya peredaran uang palsu di Bogor, Jawa Barat, pada Selasa, 27 Maret 2018.
Sumber :
  • VIVA/Muhammad AR

VIVA – Polisi menggerebek sebuah rumah kontrakan di Kota Bogor, Jawa Barat, pada Selasa, 27 Maret 2018. Di situ petugas mendapati beberapa koper. Dua di antaranya berisi uang pecahan seratus ribu.

Namun setelah diperiksa dengan teliti, ternyata uang-uang dalam bentuk gepokan itu palsu. Rumah kontrakan di Kampung Parung Banteng, Kelurahan Katulampa, itu dijadikan tempat markas sindikat pengedar uang palsu.

Menurut polisi, jika bergepok-gepok kertas itu uang asli setara dengan enam miliar rupiah. Sebab ada 60 gepok dengan masing-masing gepok terdiri seratus lembar uang palsu pecahan seratus ribu.

Tiga orang tersangka ditangkap di dalam rumah kontrakan itu, antara lain CN, warga Blitar, Jawa Timur; dan dua pengawalnya masing-masing MK dan YS, warga Flores, Nusa Tenggara Timur.

Tersangka CN mengakui memang membeli dari luar Bogor. Namun dia sebenarnya berniat menjual lagi uang-uang palsu itu kepada seseorang di Tangerang, Banten.

CN membelinya seharga Rp750 ribu per sepuluh gepok uang palsu atau setara satu miliar rupiah. Dia akan menjualnya lagi dengan cara eceran, yaitu Rp100 ribu uang asli ditukar dengan tiga lembar uang palsu.

Dia berterus terang sudah beberapa kali mengedarkan uang palsu dengan daerah operasi sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Namun pemesan terbaru darinya ialah seorang di Tangerang.

“Percetakan, masih kami dalami dari siapa dan berhubungan dengan siapa. Selain terjerat pemalsuan,  modus mereka juga penipuan sebab uang aslinya, (setiap) satu bendel seratus juta, diselipkan di bagian atas uang asli berjumlah dua ratus ribu,” kata Kepala Polresta Bogor, Komisaris Besar Polisi Ulung Sampurna Jaya, dalam konferensi pers tentang penggerebekan itu.


Ulung menyebut, tingkat kemiripan uang palsu itu dengan uang asli relatif lebih tinggi. Sebab sekilas hampir tak ada perbedaan mencolok. Begitu juga hologramnya. Namun jika diraba, barulah terasa rata yang membuktikan itu uang palsu.

Polisi masih menyelidiki motif peredaran uang palsu itu untuk kepentingan menjelang penyelenggaraan pilkada di sejumlah daerah. Satu hal yang pasti, jaringan mereka melibatkan kelompok antarprovinsi dan antarkabupaten. (mus)