Cara 10 Sopir Grab Car Bikin Order Fiktif
- Grab
VIVA - Polisi meringkus sepuluh oknum sopir taksi online yang diduga melakukan manipulasi data penumpang ke sistem Grab Car untuk meraup keuntungan. Selain itu, polisi meringkus penjual jasa rooting device atau memodifikasi telepon genggam sepuluh oknum sopir taksi online itu beserta seorang wanita yang bertugas mencari oknum sopir taksi online yang mencari jasa rooting.
Kasubdit Ranmor Dirreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Antonius Agus Rahmanto, mengatakan sepuluh oknum sopir taksi online itu tidak memakai satu telepon genggam ketika melancarkan aksi curangnya. Setidaknya, satu pelaku bisa mengoperasikan sepuluh telepon genggam saat beraksi.
Tak heran polisi menyita sampai ratusan telepon genggam dari mereka. Biasanya seusai beraksi, mereka akan pulang ke suatu indekosan yang mereka sewa di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, untuk menyimpan telepon genggam yang mereka pakai guna melakukan order fiktif.
"Mereka punya tempat bersembunyi untuk menyimpan 170 telepon genggam yang sudah di-rooting di situ usai beraksi," kata Antonius di Mapolda Metro Jaya, Rabu, 31 Januari 2018.
Sepuluh pelaku selalu beraksi bersama, yakni berkumpul di sebuah kafe di kawasan Kembangan juga. Mereka beraksi ketika jam sibuk order, yakni pukul 12.00 WIB hingga 16.00 WIB, karena hasil yang didapat lebih besar dari jam-jam lain.
Di sana mereka melakukan order fiktif yakni, menjadi pemesan, sekaligus mereka juga yang menjadi penerima. Dengan GPS palsu yang terpasang seolah-olah mereka tengah membawa penumpang, padahal tak sedikit pun mereka melangkahkan kakinya dari kafe.
"Mereka duduk di sini (kafe) dibuat di Pamulang, bisa narik di mana-mana bisa," kata dia.
Baru beraksi selama tiga bulan, total keuntungan mereka jika digabungan mencapai Rp600 juta. Satu orang rata-rata dapat puluhan juta rupiah.
Namun, aksi mereka yang dinamakan 'tuyul' itu pada akhirnya tercium Grab. Grab pun lantas melapor ke polisi dan mereka pun diringkus beserta si penjual jasa rooting juga perantaranya.
"Sampai peringkat excellent. Bonusnya tinggi. Pihak Grab curiga," ujarnya.
Untuk pelaku yang menjual jasa rooting dalam kasus ini, AA pada polisi mengaku ia otodidak dalam melakukan rooting. Semua ilmu ia dapat dari Google.
Sementara itu, Managing Director PT Grab Indonesia, Ridzki Khramadibrata, menambahkan bahwa akibat tindakan para pelaku banyak sopirnya yang mengaku tidak dapat penumpang. Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan kepolisian agar kasus serupa tak terjadi ke depan.
"Ini merugikan karena banyak mitra driver yang dirugikan, ada order palsu tapi enggak ada penumpangnya. Begitu juga penumpang jadi sulit dapat pemesan karena dihujani ini," kata Ridzki.
Sebelumnya, aparat Polda Metro Jaya menciduk 10 orang oknum sopir taksi online, di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, Kamis, 24 Januari 2018. Mereka diduga melakukan manipulasi data penumpang ke sistem Grab Car untuk meraup keuntungan.
Untuk melakukan manipulasi itu, menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono, para pelaku menggunakan software untuk melakukan hal itu. Sepuluh oknum sopir taksi online itu berinisial RJ, GJH, YR, FA, D, ET, PA, M, FF dan PE. Akibat tindakan mereka melakukan order fiktif, PT Solusi Transportasi Indonesia (Grab Indonesia) mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.
"Para pelaku memasangkan software yang ada di handphone supaya dapat memanipulasi data informasi ke sistem Grab," katanya saat dikonfirmasi wartawan, Jumat, 26 Januari 2018.