Kasus MeMiles: Ada 400 Investasi Bodong, Bagaimana Menghindarinya?
- bbc
Satuan Tugas Waspada Investasi telah menghentikan 400 lebih kegiatan investasi bodong sepanjang 2019, meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebut menjamurnya investasi bodong disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan keuangan dan ringannya hukuman terhadap pelaku kejahatan.
"Kami hentikan untuk memberikan perlindungan dini, supaya korban tidak makin banyak," tutur Tongam L. Tobing.
Tongam menuturkan keputusan satgas di tengah investigasi skema investasi MeMiles yang diduga tak berizin dan "menjurus ke arah penipuan".
Kata dia, setidaknya ada dua pertimbangan mengapa lembaganya menyetop MeMiles; tak berizin dan aktivitasnya identik dengan money game atau skema piramida.
"Ini tentu bisa diduga skema piramida, di mana bonus yang diberikan bukan berdasarkan jumlah barang yang dijual. Karena memang tak ada barang yang dijual," tukas Tongam.
"Kegiatan-kegiatannya tidak rasional. Tidak ada perdagangan jasa atau barang yang dijual. Tapi mampu memberikan bonus ke member atau anggotanya. Contohnya top-up Rp300 ribu dapat handphone seharga Rp3 juta atau top-up Rp7 juta dapat mobil seharga Rp400 juta."
Menurut penelusuran Satgas Waspada Investasi, MeMiles sudah beroperasi sejak awal 2019 selama setidaknya delapan bulan. Jumlah anggota kala itu sudah mencapai 246.000 orang yang berasal dari berbagai daerah.
Selagi MeMiles berjalan, kata Tongam, pada Juli 2019 Satgas memanggil pemiliknya, Kamal Tarachand Mirchandani, alias Sanjay untuk menjelaskan asal-usul kegiatan mereka.
Tapi karena dugaan menjurus ke arah penipuan, Satgas memutuskan MeMiles ilegal dan kasusnya dilaporkan ke polisi.
Kepolisian Daerah Jawa Timur telah menetapkan setidaknya lima tersangka yang terdiri dari pemilik, ahli IT, direktur manajemen, hingga motivator. Para pelaku akan dikenakan pasal tentang perdagangan atau pasal perbankan.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim, Gidion Arif Setiawan, masih mengejar tersangka lain dari jaringan MeMiles yang dijalankan PT Kam n Kam. Selain telah menyita sejumlah barang bukti 120 unit mobil, dua sepeda motor, dan beberapa barang berharga lain.
"Berdasarkan penyidikan masih ada tersangka lain dari kelompok MeMiles, masih dalam jaringan perusahaan tersebut," kata Gidion di Mapolda Jatim seperti dilansir Beritasatu.com .
Bagaimana cara kerja MeMiles?
Cara kerja MeMiles sangat mudah, hanya dengan mengunggah aplikasi MeMiles di Play Store. Setelah pengguna mengunduh aplikasi tersebut, ia dapat mengisi alamat email, nomor telepon, dan alamat tempat tinggal untuk mendapat keanggotaan.
Sesudahnya para anggota harus memilih `agen` atau sebutannya `leader`. Di fitur promo aplikasi MeMiles, ada sederet promo mulai dari emas, mobil, motor, bahkan sampai perlengkapan rumah tangga.
Untuk mendapat produk yang diinginkan, mereka harus melakukan `top-up` atau transfer uang dengan besaran tertentu. Misalnya motor Honda PCX, minimal top-up adalah Rp620 ribu.
Jika si anggota yang melakukan top-up sudah mencapai level yang ditentukan akan memperoleh hadiah.
Lewat surat elektronik, MeMiles akan memberitahu jenis hadiah dan jadwal pengambilannya. Di sinilah peran agen menjadi penting, karena ia yang mengumpulkan bukti transfer uang para anggota dan memutuskan siapa yang mendapat hadiah.
Salah satu promo MeMiles yang ditawarkan kepada anggotanya, yakni mobil mewah. - BBC
Tapi bagaimana para anggota ini direkrut dan mengapa mereka tertarik? Sebagian besar menjawab, karena diajak kerabat. Di akun Grup Facebook MeMiles Indonesia, seorang anggota bernama Murdyasari menulis: "Ikut MeMiles karena sangat percaya pada teman atau the power of persahabatan dan tergiur iming-iming hadiah."
Hanya saja sejak MeMiles dihentikan oleh Satgas Waspada Investasi pada Agustus 2019 dan kasusnya bergulir di Polda Jawa Timur, Murdyasari menuangkan kegelisahannya di grup tersebut.
Ia berkata kesulitan menghubungi agennya. Belakangan dia sadar telah tertipu.
" Wes tak ngguyu wae (yasudahlah dibawa ketawa saja), instrospeksi diri karena barangkali diri ini terlalu tamak..." tulis Murdyasari.
Tak cuma Murdyasari, yang merupakan warga Bekasi, yang menjadi korban. Belasan artis juga bernasib sama. Sebut saja penyanyi Marcello Tahitoe, Eka Deli, dan perancang busana Adjie Notonegoro.
Ketika diperiksa Polda Jatim, Aji mengaku baru dua bulan bergabung dan belum pernah mendapat hadiah.
"Baru dua bulan. Belum pernah (dapat reward )," kata Adjie seperti dilansir Detik.com .
Pengalaman tertipu investasi bodong juga pernah dialami AN. Perempuan yang enggan disebutkan nama lengkapnya ini bercerita dijanjikan mendapat uang besar dalam waktu cepat tanpa harus bersusah-susah.
" Nature -nya manusia itu punya desire ... saya kan kerja di agen travel, yang dijanjikan itu enggak usah capai-capai kerja dapat uang cepat. Itu terus yang diserang," ujar AN.
Tapi untuk itu, syaratnya ia harus mencari pembeli baru atau disebut member .
"Pokoknya tinggal cari teman dan bikin pertemuan di rumah. Nanti orang yang nawarin kita datang dan meyakinkan teman-teman kita bahwa mereka akan jadi member dengan keuntungan yang banyak."
`Gunakan selebriti dan tokoh agama sebagai pemikat`
Ketua Satgas Waspada Investasi, Tongam L. Tobing mengatakan model investasi yang ditawarkan MeMiles dikenal dengan istilah money game --yakni mengumpulkan uang anggota sebanyak-banyaknya untuk dibelikan hadiah. Semakin banyak anggota yang ikut serta, makin besar pula bonus yang diberikan.
Tapi menurut Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, bonus ataupun hadiah itu hanya menguntungkan peserta mula-mula yang terdaftar.
"Kalau skema money game ini kan (peserta) yang berikutnya pasti berantakan. Karena peserta awal yang mendapat hadiah besar dijadikan tameng dan sarana promosi," ujar Tulus.
Berdasarkan catatan Satgas Waspada Investasi, sudah ada 444 kegiatan investasi bodong yang dihentikan sepanjang 2019. Angka itu rupanya meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.
Kata Tongam, menjamurnya investasi bodong ini dipicu rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai investasi tapi gampang tergiur pada untung besar.
Agar tampil menarik, investasi bodong ini biasanya mengubah tampilan jadi lebih menarik yakni lewat media sosial plus melibatkan tokoh agama atau selebriti.
"Saat ini mereka (investasi bodong) mengikuti perkembangan zaman, bagaimana masyarakat dijejali dengan penawaran-penawaran investasi lewat medsos, aplikasi, situs, SMS."
"Modus lain adalah mereka menggunakan tokoh-tokoh agama atau artis untuk lebih meyakinkan."
Sayangnya, kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, Satgas Waspada Investasi kurang gesit dalam merespon fenomena menjamurnya investasi berbalut penipuan. Bahkan sering kali, ditindak setelah korban berjatuhan. Ia mencontohkan kasus penipuan berskema perjalanan umrah First Travel.
"Kecil kemungkinan dapat kembali uangnya, kecuali kalau asetnya masih ada," ujar Tulus.
Pernyataan Tulus itupun diamini Longam L. Tobing.
"Dari pengalaman yang ada, tidak pernah ada member yang dapat kembali 100%. Ya sudah hebat dapat 10-20%. Sebab dari berbagai kasus, asetnya jauh lebih rendah dari kewajiban."
Di sisi lain, ia mengakui ganjaran pidana bagi pelaku terlampau ringan. Pemilik MeMiles yaitu Kamal Tarachand Mirchandani alias Sanjay pernah diringkus polisi pada 2015 atas kasus investasi tisu kemasan. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjatuhkan vonis tiga bulan penjara.
"Kita sudah mendorong pelaku dihukum berat, tapi memang kita hormati putusan pengadilan dan kita lihat hukuman-hukuman ini harusnya bikin efek jera ke pelaku."
Bagaimana mengenali investasi bodong?
Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Mike Rini, menyebut setidaknya ada empat ciri yang mesti dicermati masyarakat ketika berinvestasi.
Pertama, harus ada izin investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Calon investor juga dianjurkan untuk memperhatikan tingkat keuntungan yang dijanjikan.
"Sebagai calon investor harus paham mana yang realistis dan mencurigakan. Kita harus tahu standar tingkat keuntungan di berbagai produk investasi berapa. Kalau menjanjikan pendapatan reguler seperti deposito maka dapatnya bulanan. Kalau melebihi itu, kita harus mulai curiga, ini apa bisnisnya?" jelas Mike Rini kepada BBC.
Ketiga, masyarakat mesti jeli pada klaim `tidak ada risiko`.
"Jadi yang menawarkan investasi, biasanya mengklaim bahwa untungnya tinggi, tidak berisiko atau aman 100%. Sebagai orang yang menanamkan uang, ini investasi yang menguntungkan karena kita taruh uang, pasti dapat untung. Padahal kan enggak ada yang pasti dalam berinvestasi."
"Misalnya emas, pasti harganya naik turun kan? Saham juga begitu."
Terakhir, calon investor patut menanyakan jenis bisnis yang dijalankan.
"Bisnisnya apa? Cuma terima uang, tiba-tiba dapat hadiah. Dia (investor) ini memutar uangnya ke mana? Kan kasih hadiah perlu beli, duitnya dari mana?"
Dari pengamatannya, korban investasi bodong tidak mengenal tingkat pendidikan. Sebab pengetahuan tentang finansial tidak diajarkan di sekolah.
Ia menambahkan, mayoritas orang menginginkan untung tanpa risiko dan keinginan semacam ini akan semakin menjerumuskan calon investor yang kurang jeli.
Itu mengapa, kata Mike, investasi bodong terus menjamur.
"Orang Indonesia itu terkenal ikut-ikutan. Padahal orang terkenal atau seleb belum tentu melek finansial. Terlalu gampang percaya tanpa menganalisis apakah sistem investasi itu masuk akal atau enggak," tukasnya.