Usut Identitas Kerangka Manusia di Septic Tank, Polisi Akan Tes DNA

Ilustrasi garis polisi di tempat kejadian perkara.
Sumber :
  • VIVA/Dani

VIVA – Petugas dari Polres Bantul terus berupaya mengungkap identitas sesosok kerangka manusia yang ditemukan dalam septic tank di Dusun Karangjati, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Untuk mengungkap identitas kerangka itu, petugas kepolisian telah memeriksa sejumlah saksi. Selain itu tes DNA pun akan dilakukan demi mencari titik terang siapa sosok kerangka manusia itu sebenarnya.

Kasat Reskrim Polres Bantul Ajun Komisaris Polisi Riko Sanjaya menerangkan, sejumlah saksi telah dimintai keterangan oleh petugas kepolisian, termasuk pemilik rumah bernama Maluyo.

Riko menerangkan dari autopsi yang dilakukan di RS Bhayangkara Polda DIY diketahui jika sosok kerangka itu berjenis kelamin perempuan. Selain itu diperkirakan berusia 20 hingga 40 tahun.

"Dari pemeriksaan, sementara jenis kelaminnya perempuan. Umurnya diperkirakan 20 sampai dengan 40 tahun, dan tinggi diperkirakan 153 sampai dengan 163 cm," ujar Riko saat dihubungi, Selasa, 24 Desember 2019.

Menurut Riko, pihak kepolisian akan mendatangi keluarga menantu Maluyo berinisial AS yang diduga menghilang sejak 2009 lalu. Nantinya keluarga AS akan diambil sampel DNA sebagai pembanding terhadap kerangka yang ditemukan.

"Dokter meminta untuk dilakukan tes DNA (kepada keluarga AS) sebagai pembandingnya. Dan penyidik akan melakukan tes DNA orangtua AS itu," ujar Riko.

Riko menambahkan, penyidik hari ini dijadwalkan akan menemui orangtua dari AS. Setelahnya akan dijadwalkan untuk pengambilan sampel DNA dari keluarga AS.

Identitas kerangka manusia yang ditemukan dalam septictank ini dinilai oleh warga sekitar penting untuk diungkap. Sebab, menurut Ketua RT 07, Suparno tak ada warganya yang dilaporkan hilang.

Suparno menerangkan, jika rumah milik Maluyo itu hanya ditinggali oleh Maluyo, istri dan seorang anaknya yang bernama Edi Susanto. Edi Susanto sendiri sudah meninggal dengan cara bunuh diri sekitar 50 hari yang lalu.

Saat meninggal dunia, menurut Suparno, Edi sempat meninggalkan surat wasiat. Surat wasiat itu berisi Edi memilih bunuh diri dan ingin menyusul nenek dan istrinya yang berinisial AS.

Suparno mengungkapkan, usai disebut Edi telah bercerai di tahun 2009, sosok AS tak lagi tampak. Warga menduga AS telah kembali pulang ke rumah orangtuanya ke Kota Yogyakarta. Namun ibu AS yang juga mertua Edi sempat mencari keberadaan putrinya di Karangjati.