Mengungkap Kasus Jasad Balita Tanpa Kepala di Samarinda
- bbc
Jasad balita laki-laki yang diperkirakan berusia empat tahun ditemukan di Samarinda, Minggu (08/12).
Sepasang suami-istri menyebut jenazah balita tanpa kepala itu adalah anak mereka yang hilang dua pekan lalu setelah dititipkan di sekolah usia dini.
Namun polisi tetap menggelar uji kode gen deoxyribonucleic acid , DNA untuk memastikan keluarga balita tersebut.
Hingga kini belum ada terduga pelaku yang ditangkap kepolisian.
Pada Senin (09/12) pagi, satu hari setelah penemuan jenazah balita, kepolisian melakukan prarekonstruksi kasus ini.
Ditemukan di got
Jasad balita itu ditemukan di saluran drainase Jalan Pangeran Antasari II, Teluk Lerong Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur. Yang menemukannya adalah warga setempat, bernama Ika (40 tahun).
Ika berkata, awalnya ia mengira jasad itu boneka. Namun setelah mengecek bersama suaminya, Ika melihat jasad balita yang tak memiliki kepala, kaki dan tangan.
Ika dan suaminya lantas melapor ketua RT. Laporan itu diteruskan ke Polsek Samarinda Ulu.
Satu jam setelah penemuan, anggota kepolisian mengevakuasi jasad itu ke ruang jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Syaharie.
Klaim orang tua
Sepasang suami istri, Bambang Sulistyo (37) dan Melisari (30), datang ke RSUD Abdul Wahab Syaharie sekitar pukul 11.00 WITA.
Setelah menunggu jenazah dibersihkan petugas rumah sakit, sekitar pukul 16.30 WITA, keduanya melihat jasad lalu mengakuinya sebagai anak mereka yang hilang.
Suami istri itu mengatakan jasad itu adalah anak kandung mereka yang bernama Yusuf Achmad Ghazali. Mereka menyebut Yusuf yang berusia empat tahun ini hilang sejak 22 November lalu.
Mereka menyebut mengenali jasad itu sebagai Yusuf melalui baju terakhir yang dipakai anak mereka.
Saat terakhir kali terlihat beraktivitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Jannatul Athfaal, Yusuf disebut memakai baju merah berlengan hitam dan bergambar tugu Monas.
"Kami sudah tidak mengenali fisik. Namun pakaian yang digunakan mendekati kemiripan bahwa itu keponakan kami yang hilang dua minggu lalu," kata Lukman, yang mengklaim sebagai paman Yusuf.
Polisi tak langsung percaya
Meski sudah ada pengakuan dari orang yang menyebut orang tua korban, kepolisian berkeras menyelidiki apakah jasad tersebut benar-benar Yusuf atau bukan.
Menurut informasi yang dihimpun Zakarias Demon Daton, wartawan di Samarinda yang melapor untuk BBC News Indonesia, polisi sempat mengambil beberapa potongan tulang terlepas untuk penyelidikan. Kasat Reskrim Polresta Samarinda, AKP Damus Asa, mengatakan penyelidikan saat ini masih fokus pada identifikasi jasad tersebut.
"Untuk penyebab kematian, kami belum mengarah ke sana, masih memastikan identitas jasad itu," kata Damus.
Hilang setelah dititipkan di PAUD
Pasangan Bambang Sulistyo dan Melisari menyebut Yusuf hilang dua pekan lalu setelah berkegiatan di PAUD Jannatul Athfaal.
Sejumlah guru di sekolah itu berkata bahwa Yusuf menghilang setelah bermain dengan enam bocah lain dalam kelas.
Semua murid saat itu disebut tengah menunggu jemputan orang tua masing-masing.
Kepala PAUD Jannatul Athfaal, Mardiana, berkata saat Yusuf dan kawan-kawannya bermain, mereka luput dari pengawasan guru.
Saat Yusuf menghilang, Samarinda diguyur hujan lebat. Sejumlah pihak menyebut dua kemungkinan: Yusuf diculik atau terpeleset masuk ke parit dan diterbawa arus banjir.
Penduduk sekitar PAUD bersama kepolisian saat itu telah mencari ke sekitar wilayah sekolah, bahkan menyusuri parit di depan gedung tersebut.
Kanit Reskrim Polsek Samarinda Ulu, Muhammad Ridwan, saat itu berkata bahwa pencarian Yusuf mentok karena petunjuk yang minim.
"Jika nantinya, Yusuf ditemukan meninggal maka pihak PAUD dinyatakan lalai. Tapi, jika ditemukan dalam kondisi lain maka akan ditelusuri apakah ada tindak pidana atau tidak," kata Ridwan.
Korban kejahatan?
Kasat Reskrim Polresta Samarinda, AKP Damus Asa, sejauh ini belum mau menyimpulkan kejadian ini.
Ia mengatakan pihaknya masih fokus mengindentifikasi jasad tersebut.
Damus mengatakan setelah hasil identifikasi identitas jasad baru tim akan menyelidiki ke arah penyebab.
Meski begitu, Senin (09/12) pagi tadi sebanyak 22 adegan diperagakan orang-orang yang terakhir kali beraktivitas dengan Yusuf.
Proses prarekonstruksi itu mencakup ruangan PAUD hingga ke akses jalan masuk. Enam pegawai PAUD dilibatkan, termasuk Kepala PAUD Mardiana. Damus mengatakan pra rekonstruksi dilakukan guna menguatkan kronologis awal hilangnya Yusuf.
Bagaimanapun, Lukman, yang mengaku sebagai paman Yusuf, yakin keponakannya merupakan korban kejahatan.
"Lokasi penemuannya jauh, jadi tidak mungkin terseret arus banjir," kata Lukman.