Ditegur karena Membolos, Siswa Tembak Mati Kepala Sekolah

Aksi perempuan Pakistan menolak kekerasan.
Sumber :
  • REUTERS/Mani Rana

VIVA –  Perselisihan antara siswa dan kepala sekolah berakhir maut. Atas nama Tuhan, siswa tersebut menembak kepala sekolahnya hingga tewas.

Seorang siswa di sekolah Islamia College yang berlokasi di Charsadda, Pakistan, tak terima mendapat teguran dari kepala sekolah soal aktivitasnya dalam kelompok garis keras.

Siswa ini dikabarkan berulang kali bolos sekolah karena ikut serta dalam demonstrasi yang menentang sebuah pasal dalam RUU negara tersebut. Pasal dalam RUU tersebut mendapat tentangan karena dianggap menista agama.

Diberitakan Arab News, 23 Januari 2018, insiden bermula ketika Sareer Ahmed, Kepala Sekolah Islamia College, beradu argumen dengan siswa yang tak disebutkan identitasnya. Ahmed menyayangkan keputusan siswa tersebut yang bolos hanya untuk melakukan demonstrasi.

Tapi siswa itu menanggapi berbeda. "Siswa tersebut menganggap kepala sekolahnya mendukung penistaan agama. Ini insiden yang sangat disayangkan," ujar Kepala Polisi Zahoor Afridi.

Afridi menjelaskan, siswa tersebut intens mengikuti demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok partai politik ultra-religius, Tehreek-e-Labaik, akhir tahun lalu. Demonstrasi itu berakhir dengan bentrokan antara polisi dan demonstran dan menewaskan tujuh orang dan melukai lebih dari 200 orang.

Aksi itu juga berhasil menekan pemerintah dan membuat mundur seorang menteri yang dituduh terlibat dalam masalah penistaan agama.

"Dan sekarang anak itu menganggap kepala sekolahnya adalah bagian dari penista agama," ujar Afridi.

Di Pakistan, menghina Nabi Muhammad SAW bisa berujung hukuman mati, dan tuduhan penghujatan bisa mengakibatkan kemarahan sedemikian rupa sehingga tak tertahankan. Dan isu penistaan agama bisa memicu terjadinya kekerasan massal.

Polisi sudah menangkap dan menahan siswa tersebut. Dalam sebuah video pembelaan, siswa yang diperkirakan berusia sekitar 16 atau 17 tahun itu tampak melakukannya dengan sadar.

"Saya melakukan pembunuhan ini, dan saya menerimanya. Dan itu diperintahkan oleh Tuhan," ujarnya dalam bahasa Pashto, bahasa warga lokal.

Aksi pembunuhan atas nama agama kini terus terjadi di Pakistan. Bulan April tahun lalu, seorang mahasiswa bernama Mashal Khan dipukuli sampai mati setelah berdebat di asrama mahasiswa di Mardan soal penistaan agama. Polisi menangkap 57 orang, termasuk mahasiswa dan beberapa anggota fakultas sehubungan dengan pembunuhan tersebut.

Tahun 2011, Gubernur Provinsi Punjab Salman Taseer tewas dibunuh seorang pengawalnya, setelah ia mengajukan usulan agar hukum soal penistaan direformasi. Pembunuh Taseer dieksekusi tahun lalu, namun kelompok garis keras memujinya sebagai pembela agama.

Sebuah lembaga riset independen di Pakistan mencatat, sejak tahun 1990, sudah terjadi 67 aksi pembunuhan atas nama membela agama. (ase)