Dunia 2017: Dari Trump, Rohingya, Hingga Nuklir Korea Utara
- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
VIVA – Sepanjang 2017 berbagai kejadian besar dunia diwarnai oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump, Korea Utara dan kekerasan pada etnis Rohingya di Myanmar. Donald Trump sangat mungkin mendapat gelar Man of The Year, karena sepanjang 2017, seluruh aksinya selalu menjadi kontroversi dan menimbulkan perdebatan sengit. Tapi Trump tak gentar, ia memilih untuk terus berjalan dengan seluruh pernyataannya.
Myanmar juga menjadi perhatian. Aksi kekerasan yang dilakukan oleh militer menyebabkan ratusan ribu warga Rakhine dari etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Puluhan ribu dikabarkan tewas karena menjadi korban kekerasan. Dan sikap diam Aung San Suu Kyi, penerima Nobel Perdamaian pada tahun 1999 membuat warga dunia geram.
Hal ketiga yang paling mencolok selama 2017 adalah Korea Utara. Uji coba nuklir yang terus dilakukan pemerintah Korea membuat ketar ketir negara sekitarnya, bahkan juga AS. Uji coba nuklir terakhir dikabarkan memiliki daya ledak yang mampu menghancurkan seluruh dataran AS. Berikut ringkasan kaleidoskop dunia selama 2017.?
Januari
Donald Trump dilantik menjadi Presiden AS ke 45. Ia menggantikan Barack Obama yang sudah menjabat selama dua periode berturut-turut. Sejak awal pelantikannya, Trump sudah menuai kontroversi. Mulai dari melarang warga dari enam negara Muslim untuk datang ke AS, terus mengatakan akan membangun tembok dengan Meksiko, melucuti Obamacare (sebuah asuransi kesehatan yang digagas Obama untuk rakyat AS), menjadikan Ivanka Trump dan Jared Kushner, yang juga anak dan menantunya sebagai penasihat presiden, hingga yang teranyar adalah mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Sementara itu, Trump juga terus diguncang isu skandal pelecehan seksual dan dugaan keterlibatan Jared Kushner dalam kerjasama dengan Rusia untuk memenangkan Trump. Meski penuh kontroversi dan didera isu besar, namun Trump terus berjalan dengan semua kebijakannya.
Februari 2017-Desember 2017
Bulan ini, Korea Utara mengabarkan kesuksesan mereka meluncurkan tipe baru rudal balistik mereka. Sejak itu, nyaris setiap bulan negara tertutup tersebut dikabarkan melepaskan percobaan nuklirnya. Meski mendapat tekanan dari PBB dan AS, namun Korea Utara tak gentar. Bahkan, beredar kabar, uji coba nuklir mereka yang diluncurkan tiga bulan lalu memiliki daya ledak yang mampu menjangkau seluruh wilayah AS. Korut dan AS juga sempat bersitegang, hingga menimbulkan asumsi Perang Dunia ke 3 akan segera pecah. Pihak Korea Selatan dan Jepang, yang berlokasi paling dekat dengan Korea Utara mulai membekali warga mereka dengan pengetahuan tentang bom nuklir, dampaknya, dan apa yang harus dilakukan jika terjadi perang nuklir.
Mei-Oktober
Kota Marawi di Filipina diduduki ISIS. Puluhan ribu warga mengungsi, meninggalkan tempat tinggal mereka hanya bermodal pakaian yang dikenakan. Selama tiga bulan pertama, bendera ISIS sempat berkibar di beberapa titik dalam kota tersebut. Namun pemerintah Filipina menolak menyerah. Khawatir kelompok radikal tersebut akan meluaskan gerakan, pemerintah Indonesia, Malaysia dan Filipina mengadakan pertemuan darurat dengan Menteri Pertahanan dari tiga negara tersebut. Mereka duduk bersama dan mencari solusi untuk menghentikan aksi ISIS. Setelah lima bulan berperang, pemerintah Filipina mengumumkan kemenangan mereka di Marawi. ISIS berhasil diusir, dan militer Filipina kembali menguasai kota Marawi.
Agustus-September
Aksi kekerasan kembali pecah di Rakhine State, Myanmar. Kelompok etnis minoritas Rohingya kembali menjadi bulan-bulanan militer Myanmar. Desa-desa mereka dibakar, puluhan ribu orang diduga tewas dan menjadi korban pembantaian, perempuan diperkosa, dan sisanya melarikan diri. Menurut PBB, hingga awal Oktober 2017, sudah lebih dari 500.000 warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh.
Dunia geram, karena tokoh penerima Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi yang juga menjadi pemimpin Myanmar memilih diam dan tak memberikan pernyataan apapun selama berbulan-bulan.
Desember 2017
Di penghujung tahun 2017, Presiden AS Donald Trump membuat pernyataan mengejutkan. Ia mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Pernyataan Trump langsung mendapat proters dari negara-negara Muslim dan negara dengan penduduk mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Filipina. Presiden RI Joko Widodo menyempatkan diri terbang ke Turki untuk menghadiri KTT Luar Biasa Organisasi Konferensi Islam (OKI) khusus membahas pernyataan Trump. OKI mengeluarkan pernyataan mengecam keras tindakan Trump. Lembaga ini juga meminta masyarakat dunia untuk bersedia mengakui Yerusalem Timur sebagai ibukota Palestina.
Tak berhenti disitu, negara-negara OKI juga berhasil memainkan lobi saat sidang Majelis Umum PBB dengan menghasilkan suara mayoritas yang menolak pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibukota Israel. Sekitar 129 negara dari 193 negara anggota PBB setuju agar Trump membatalkan pernyataannya.
Pernyataan Trump juga menimbulkan pergolakan. Warga Palestina kembali melakukan aksi pelemparan batu kepada Israel sebagai bentuk penolakan dan perlawanan mereka. Aksi-aksi demonstrasi merebak di berbagai negara di Timur Tengah dan negara dengan penduduk mayoritas Muslim.
Desember 2017 juga menjadi tahun pembebasan bagi Irak dan Suriah. Setelah dikuasai oleh kelompok radikal ISIS selama beberapa tahun, akhirnya Irak dan Suriah mendeklarasikan negara mereka sudah bebas dari pendudukan ISIS. Kelompok militan tersebut terus ditekan dan dibombardir oleh militer pemerintah sehingga posisinya semakin terdesak dan akhirnya berhasil dipukul mundur.