Gereja Katolik Australia Dihantui Maraknya Pelecehan Seks
- AAP/Lukas Coch/via REUTERS
VIVA – Pemerintah Australia mengungkap data banyaknya anak yang mengalami pelecehan dan kekerasan seksual di negara itu. Melalui kinerja The Royal Commission selama lima tahun terakhir disebutkan bahwa ribuan anak, yang pada saat ini masih usia anak maupun yang sudah remaja mengalami kekerasan seksual.
Hal tersebut dituliskan Royal Commission dalam laporan Institutional Responses to Child Sexual Abuse yang menggambarkan maraknya kekerasan seksual anak sebagai sebuah Tragedi Nasional. Bahkan diusulkan di Canberra akan dibangun landmark atau monumen untuk menghormati para korban dan survivor ‘penyintas’ kekerasan seksual.
Disebutkan bahwa ada 189 lembaga atau institusi yang menjadi lokasi atau tempat para anak dijadikan objek bagi para predator seks. Sebagaimana dilansir laman CNN, dari hasil wawancara komisi dengan para korban, 61,4 persen yang menjadi lokasi maupun lembaga berlangsungnya kekerasan seksual adalah lembaga terkait dengan Gereja Katolik di Australia. Lembaga tersebut bisa berupa gereja, komunitas pemuda gereja, sekolah-sekolah Katolik hingga yayasan amal dan bantuan.
"Kegagalan memahami kekerasan seksual terletak pada melihatnya sebagai penyimpangan moral semata tanpa mempertimbangkan lebih jauh dampak besar kepada korbannya. Dua hal ini harus disandingkan agar komprehensif," ditulis dalam laporan Royal Commission.
Belakangan setelah keluarnya laporan tersebut, muncul desakan agar Gereja Katolik khususnya di Australia memperketat seleksi masuk bagi calon pastor dan mengubah aturan selibat atau tak boleh menikah bagi pastur di Gereja Katolik maupun Gereja Kristen Ortodoks. Hal tersebut diminta dikomunikasikan dengan Vatikan.
Kepala Uskup di Sydney, Anthony Fisher meminta maaf atas maraknya kasus pelecehan terhadap anak di sejumlah gereja dan lembaga terkait Katolik. Namun Fisher mengingatkan bahwa mengubah aturan selibat bukan jawaban masalah ini.
"Kita tahu betul bahwa institusi yang memberlakukan selibat bagi ulamanya maupun yang tidak mengharuskan itu sama-sama menghadapi adanya kasus-kasus pelecehan seksual. Bahkan pelecehan juga bisa terjadi dalam keluarga yang sama sekali tak ada kaitannya dengan selibat," kata Fisher.
Sejak tahun 2012, disebutkan melalui laporan tersebut bahwa kekerasan seksual ternyata marak terjadi di sekolah, lembaga dan yayasan amal Katolik. Hal itu mengejutkan publik Australia. Komisi juga menyebut bahwa setidaknya 7 persen pastor Katolik di Australia jatuh dalam "dosa" ini.
Royal Commission dibentuk pada era PM Australia Julia Gillard. Komisi itu mewawancarai hampir 8 ribu orang penyintas kekerasan seksual khususnya anak-anak dalam lima tahun terakhir. Ada 2500 kasus yang bisa diteruskan kepada polisi.
Sementara PM Australia Malcolm Turnbull menyatakan bahwa Royal Commission sudah melakukan pekerjaan kasih yang sesungguhnya dengan mengungkap kasus- kasus tersebut.
"Terima kasih sudah mau mendengar saya dan percaya dengan saya. Seseorang dan lembaga pokoknya harus mendengarkan laporan ini," kata Turnbull.