Orang-orang Ini Sangat Melukai Yahudi, Kenapa?
- Artur ?mijewski/The Independent
VIVA – Para penyintas maupun keluarga korban Holocaust, kekejaman Nazi terhadap Yahudi mengungkapkan kemarahan menyusul dirilisnya video dokumenter seni yang menunjukkan beberapa perempuan dan laki-laki telanjang di sebuah kamar gas yang ditengarai sebagai bekas kamp konsentrasi Nazi. Namun yang disayangkan mereka tak lain soal lelaki dan perempuan telanjang yang tertawa dan melakukan permainan tag yang biasa dilakukan anak-anak.
Video tersebut memang diberi judul Game of Tag sebagaimana dilansir laman Independent.
Sejumlah organisasi komunitas Yahudi kemudian menyurati Presiden Polandia Andrzej Duda meminta penjelasan jikalau pembuatan dan perilisan video tersebut di Polandia atas izin otoritas. Belakangan diketahui pengambilan
gambar dan video tersebut dilakukan di Stutthof, bekas kamp konsentrasi Nazi, kamp lokasi pembunuhan 65 ribu orang Yahudi pada Perang Duni II.
Video itu dibuat oleh sutradara Artur mijewski's dan pertama kali dipertontonkan pada tahun 2015 di Museum Seni Kontemporer Krakow Polandia sebagai bagian dari pameran Auschwitz yaitu kamp konsentrasi Nazi yang terkenal sebagai tempat pembantaian Yahudi.
Organisasi Survivor Holocaust di Israel dan Simon Wiesenthal Centre, lembaga riset dan HAM Yahudi mengatakan bahwa video itu merendahkan dan melukai para korban dan keluarga korban Holocaust. Kekejaman tersebut dianggap tidak seharusnya menjadi permainan apalagi ada tawa di antara pemeran dalam video.
Diketahui bahwa sebelum orang Yahudi era Nazi dibantai secara massal, mereka terlebih dahulu disuruh telanjang sebelum dibunuh dalam kamar gas beramai-ramai di kamp-kamp konsentrasi.
Pihak museum yang menjadi lokasi pameran dan dipertontonkannya video tersebut merespons kecaman publik. Direktur museum, Maria Anna Potocka mengatakan bahwa banyak orang telah salah menginterpretasi makna video seni itu. Menurutnya, para pemeran memang terlihat tertawa sambil bermain tag dalam kondisi telanjang. Namun sesungguhnya mereka sangat serius dan ingin menunjukkan satir dalam bencana kemanusiaan yang pernah ada tersebut.
"Apabila melihat film ini sebagai bentuk penghinaan, kami rasa itu bentuk misinterpretasi," kata Potocka. (hd)