700 Mayat Anggota ISIS Libya Dibekukan dalam Kontainer
- REUTERS/Stringer/File Photo
VIVA – Deretan kontainer di Misrata, Libya, diubah jadi tempat penyimpanan mayat ratusan anggota ISIS. Mayat-mayat itu menunggu keputusan akhir mengenai penanganannya.
Sejak militan ISIS diusir dari kota pesisir Sirte, yang menjadi benteng mereka di Libya, pada Desember 2016, maka sekitar 700 mayat itu jadi seperti tak bertuan.
"Suhu harus dijaga di antara -18 dan -20 (Celsius) agar mayat tetap awet," kata Ali Tuwaileb, pengelola kawasan kontainer di kompleks antikejahatan dengan tingkat pengamanan yang tinggi di kota tersebut.
Di luar puluhan kontainer, ada dua buah tandu dan tenda. Tenda itu difungsikan sebagai laboratorium untuk dokter forensik.
"Seperti yang Anda lihat, kami tidak memiliki sarana. Di sini lah kami mengambil sampel untuk tes DNA dan di mana kami memotret mayat-mayat tersebut," kata Tuwaileb seperti dikutip dari Arab News, Rabu 15 November 2017.
Karena kekurangan sumber daya, ratusan mayat militan lainnya dibiarkan tertinggal di bawah reruntuhan di Sirte atau di kuburan darurat yang digali oleh kaum radikal.
Menurut perkiraan Tuwaileb, antara 1.500 hingga 2.000 militan dimakamkan di kota Mediterania. "Kami tidak memiliki cukup lemari es, atau kami akan menggali semua mayat," kata pejabat Libya tersebut, yang mengatakan bahwa kontainer dipinjamkan oleh perusahaan swasta.
Dari tujuh kontainer berpendingin di Misrata, tiga telah rusak. "Kami harus mendistribusikan kembali jenazah di antara lemari es yang masih bekerja," kata Tuwaileb.
Situasi itu diperparah dengan kondisi Libya yang berada di wilayah Afrika Utara, selama musim panas dan terjadinya pemadaman listrik yang cukup sering. "Jadi, cadangan harus siap dan kami harus mengisi bahan bakar secara teratur," katanya.
Tubuh-tubuh kaku itu tersimpan di dalam tas berwarna putih. Di badan tas tampak tercoreng darah dan lumpur di rak logam.
"Tas diberi nomor dan diklasifikasikan. Setiap tubuh memiliki file sendiri, sampel DNA, dokumen atau tanda lainnya dikumpulkan dengan masing-masing tubuh," kata Tuwaileb.
Berdasarkan dokumen yang ditemukan di badan tersebut, kebanyakan militan yang tewas berasal dari Tunisia, Mesir, dan Sudan, dengan beberapa dari Libya. Namun, tidak ada keluarga yang datang ke Misrata untuk mengklaim mereka.
"Kami tidak tahu apakah negara telah menghubungi jaksa agung untuk memulihkan jenazah warga negaranya, tapi sejauh yang kami ketahui tidak ada yang datang ke sini untuk mencoba mengidentifikasi mayat tersebut," kata Tuwaileb.
Ia mengatakan, semua berkas telah dipindahkan ke kantor jaksa agung di Tripoli untuk memutuskan kapan dan di mana mayat tersebut akan dikuburkan.
"Sementara itu, jenazahnya akan tetap di sini. Masalahnya, beberapa perusahaan yang meminjamkan kontainer berpendingin itu ingin agar kontainer mereka kembali," katanya.
"Setiap kali saya memberitahu mereka bahwa mereka bisa saja mengambil lemari es jika mereka mau, tapi tolong bawa dengan isinya," ujarnya.