ISIS Ancam Bunuh Pangeran George

Pangeran George dan ibunya, Kate Middleton.
Sumber :
  • Repro Instagram

VIVA – Kelompok teroris ISIS mengancam akan membunuh Pangeran George, putra dari anggota kerajaan Inggris, Pangeran William dan Kate Middleton. Ancaman itu dilayangkan ISIS melalu pesan di aplikasi Telegram.

Ancaman itu dituliskan di sebuah foto yang bergambar Pangeran George saat berada di sekolahnya di Battersea, London Selatan, Inggris.

"Bahkan keluarga kerajaan pun tidak dapat ditinggalkan sendirian," bunyi pesan singkat yang ditulis ISIS di foto itu sepertu dikutip dari laman Dailystar, Senin 30 Oktober 2017. 

Dalam pesan itu pula, ISIS menyematkan alamat lengkap dari tempat George menuntut ilmu. "Sekolah dimulai lebih awal." 

Kelompok ISIS juga menyelipkan lirik sebuah lagu jihad berbahasa Arab, yang jika diartikan,

"Ketika perang disertai melodi peluru, kita tidak percaya, menginginkan pembalasan."

Dengan adanya kemunculan ancaman ini, para ahli meminta agar kasus ini diselidiki. Sebab, bukan hanya mengancam nyawa dari cicit Ratu Elizabeth II tapi juga dapat menimbulkan kekhawatiran akan ancaman keselamatan bagi warga setempat atau pekerja yang berada di sekitar daerah tersebut. Tersebarnya ancaman teroris ini pun langsung membuat berbagai pihak siaga. 

Untuk diketahui, ancaman bukan pertama kali diterima oleh anggota keluarga kerajaan. Pada tahun 2015 lalu, menjelang perayaan menandai 70 tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, ISIS mengancam sang ratu.

Tak sampai di situ saja, September 2017, ada sebuah video yang diduga dari kelompok ekstremis menantang Pangeran Harry untuk melawan para jihadis. Dalam videonya yang menggunakan bahasa Inggris, pihak berwajib telah mengidentifikasikan salah seorang pria bernama Abu Uqayl yang berasal dari Singapura.

"Jika Anda merasa cukup jantan, mengapa Anda tidak datang ke sini dan melawan kita. Sehingga kita bisa mengirim Anda dan pasukan Anda ke neraka," kata Uqayl dalam video tersebut. 

Video ancaman itu datang, ketika Harry yang tengah berkunjung ke Singapura pada Juni lalu, berbicara mengenai serangan teror yang baru-baru ini terjadi di London.