Kalah di Banyak Negara, Ke Mana Pengikut ISIS Kabur?

Kemenangan pasukan Suriah saat bebaskan Raqqa dari ISIS.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVA – Lebih dari 40.000 militan dari 100 negara telah meninggalkan rumah mereka untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan al-Syam (ISIS), sejak kelompok tersebut mengumumkan kekhalifahannya pada tahun 2014. Kini setelah berhasil dikalahkan di beberapa negara, kemana pengikut kelompok militan itu pergi?

Kelompok ekstremis ISIS kehilangan wilayah kekuasaannya yang terakhir di Timur Tengah. Serangan terus menerus membuat koalisi ini terpukul  mundur. Di Filipina, kelompok ini juga tersingkir oleh serangan balik yang dilakukan pemerintah.

Menurut laporan lembaga think-tank di New York, The Soufan Center (TSC), setidaknya 5.600 orang asing telah kembali ke rumah mereka, atau melarikan diri ke tempat-tempat yang aman lainnya. Ini termasuk warga negara atau penduduk dari 33 negara, mulai dari negara bekas republik Soviet sampai negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia.

TSC mengatakan, para migran yang kembali ini dapat menimbulkan ancaman keamanan yang harus ditangani oleh pemerintah di seluruh dunia. "Saat jumlah pejuang asing dan mereka yang diyakini ingin menjadi pejuang asing ada di angka yang besar, tantangannya adalah untuk menemukan identitas orang yang telah meninggalkan kekhalifahan, temukan ke mana mereka pergi, menilai risiko apa yang mereka hadapi dan mengambil tindakan apa pun yang mungkin untuk melindungi masyarakat dari bahaya," tulis laporan itu.

Laporan TSC melakukan kategorisasi pejuang ISIS yang kembali ke negaranya sebagai berikut: mereka yang gagal berintegrasi di dalam ISIS, teroris yang dikirim untuk memperjuangkan kekhalifahan di negara lain, serta ancaman teror dalam negeri dari mereka yang tak pernah bergabung.

Sulit Dideteksi

Selain itu, perempuan dan anak yang bergabung dengan ISIS, namun kemudian kembali ke rumah atau ditangkap dan sedang menunggu deportasi, adalah bagian dari orang yang sulit diukur, dinilai dan dideteksi.

"Tanpa penelitian lebih lanjut, akan sulit untuk menilai tingkat komitmen mereka terhadap ISIS dan minat mereka untuk menjadi pendukung aktif dan bukan pasif," kata laporan itu, seperti yang diberitakan Straits Times.

Pihak berwenang Indonesia baru-baru ini mencatat bahwa 671 warga negara telah bergabung dengan ISIS di Timur Tengah, di mana 100 diantaranya adalah anak-anak.

Video dan propaganda ISIS kerap menampilkan remaja dan anak-anak dengan senjata, termasuk gambar seorang balita 'memenggal' boneka teddy bear putih di depan bendera hitam ISIS tahun lalu.

Peneliti senior International Centre for Political Violence and Terrorism Research, Jasminder Singh mengatakan, telah ditemukan pembicaraan tentang pelatihan generasi 'mujahidin' berikutnya di Asia Tenggara, bahkan saat milisi pro-ISIS di kota Marawi, Filipina Selatan, telah dilenyapkan oleh pasukan keamanan. (ren)