Militer Myanmar Berkukuh Tak Lakukan Pembersihan Etnis
- REUTERS/Danish Siddiqui
VIVA.co.id – Militer Myanmar mengklaim bahwa ada kelompok Rohingya sebagai penyebab krisis yang pada saat ini mendorong ribuan pengungsi harus menyeberang ke Bangladesh. Dikutip dari laman BBC, Jenderal Myanmar, Min Aung Hlaing mengatakan bahwa Rohingya sebenarnya bukan persoalan etnis, namun ada kelompok yang memang beraliran ekstremis dan ingin memperkuat gerakannya di Rakhine.
Myanmar juga membantah bahwa aksi militer yang dilakukan adalah pembersihan etnis. Min Aung Hlang mengatakan bahwa aksi itu adalah respons atas serangan kelompok militan Rohingya atau ARSA yang menyerang pos keamanan di Rakhine.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah memperingatkan bahwa hal yang dilakukan militer Myanmar adalah pembersihan etnis, yang mana dominan warga Rohingya adalah muslim, sedangkan penduduk Myanmar 90 persen pemeluk agama Buddha.
Pada akhir pekan lalu, Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan Myanmar, khususnya Penasihat Negara Aung San Suu Kyi agar menggunakan kesempatan terakhir untuk menghentikan aksi militer sebelum keadaan semakin memburuk.
Sementara itu, Min Aung Hlaing melalui akun Facebook mengatakan bahwa operasi militer mereka dimulai dengan adanya 93 bentrokan dengan ekstremis Bengali yang mengacu pada militan Rohingya. Hal itu terjadi sejak 25 Agustus 2017.
"Mereka menuntut pengakuan sebagai etnis Rohingya Myanmar yang tak pernah menjadi bagian Myanmar. Isu ini adalah masalah nasional," kata Min Aung Hlaing.