Kebakaran Malaysia, Saksi Lihat Santri Terjebak Asap dan Api
- REUTERS/Lai Seng Sin
VIVA.co.id – Kebakaran yang menghentak Malaysia hari ini, 14 September 2017, ternyata terjadi di sebuah pesantren. Saksi mata mengaku tak bisa berbuat banyak saat menyaksikan sejumlah santri yang menangis dari balik jendela yang berterali besi dan membuat mereka tak bisa menyelamatkan diri.
Kebakaran itu terjadi sekitar pukul 05.40 pagi waktu setempat. Api pertama kali berkobar dari asrama pesantren Darul Quran Ittifaqiyah yang berada di lantai tiga. Lantai itu adalah lantai di mana santri yang berusia antara 13 hingga 17 tahun tidur di tempat tidur bertingkat. Nyaris semua jendela dalam kamar tidur tersebut diberi teralis besi. Akibatnya belasan santri tak bisa melarikan diri saat api menghanguskan ruangan tidur mereka.
Dua pekerja di pesantren tersebut juga dikabarkan tewas. Menurut penjelasan polisi, kebanyakan korban tewas karena menghirup asap pekat.
Bencana yang membakar gedung yang dijadikan asrama bagi para penghafal Al Quran itu membuat pemerintah Malaysia memperbarui pemeriksaan yang lebih teliti pada sekolah berasrama. Pesantren tersebut tak diatur oleh Kementerian Pendidikan Malaysia, namun diatur oleh Departemen Agama.
Setidaknya polisi sudah mencatat terjadinya 30 kebakaran di beberapa pesantren sepanjang tahun ini. Wakil Direktur Pelaksana Pemadam Kebakaran Soiman Johid mengatakan, petugas masih mencari tahu penyebab kebakaran itu. Sejauh ini dugaannya adalah akibat korsleting listrik atau obat nyamuk bakar.
Ruang asrama itu juga hanya memiliki satu pintu ke luar, hingga membuat banyak santri terjebak. Apa lagi, hanya ada satu jendela yang tak memiliki teralis. "Gedung itu dikelilingi teralis besi yang tak bisa dibuka dari dalam. Santri, yang menyadari terjadinya kebakaran dan asap hebat, mencoba melarikan diri dari jendela. Tapi karena teralis itu mereka tak bisa keluar," ujar Soiman seperti dikutip dari Channel News Asia, 14 September 2017.
"Santri tak bisa keluar karena mereka terkunci di dalam, mereka tak bisa melarikan diri dan terbakar," ujar Nadia Azalan, kakak perempuan dari seorang santri berusia 13 tahun yang ikut menjadi korban dalam kebakaran tersebut.
Hazin, seorang warga yang tinggal tak jauh dari sekolah, yang hanya berjarak 15 menit dari menara kembar Petronas, mengaku bergegas menelepon pemadam kebakaran setelah mendengar teriakan dan melihat api yang membesar. "Anak-anak itu berteriak minta tolong, tapi saya tak bisa menolong mereka karena pintu sudah terbakar," ujarnya kepada Reuters.
Hazin mengatakan ia hanya mampu memberikan pertolongan pada beberapa santri yang berhasil meloncat keluar dari jendela.
Seorang santri yang berhasil selamat, Mohammad Izzarudin Roslan, 15 tahun, mengaku menghancurkan jendela dan memanjat pipa air. Hanya ada delapan orang yang berhasil mengikuti caranya, ujar Roslan. "Banyak kawan saya yang terjatuh. Beberapa diantara mereka terbakar rambut dan pakaiannya," ujarnya menambahkan.