Anak Presiden Duterte Dituduh Terlibat Penyelundupan Narkoba

Paolo Duterte, anak Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Sumber :
  • Reuters/Erik De Castro

VIVA.co.id – Paolo Duterte, anak kandung Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dituduh terlibat dalam pengiriman narkotika senilai US$125 juta dari China. Padahal, ayahnya merupakan pemimpin yang sangat keras dalam memberantas narkoba. 

Paolo Duterte membantah dan menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar. Dia menampik telah membantu mempermudah masuknya pengiriman narkoba di sebuah pelabuhan di Manila, Filipina.

"Saya tidak bisa menjawab tuduhan berdasarkan desas-desus. Kehadiran saya di sini adalah untuk orang-orang Filipina dan sesama warga Davao yang saya layani," kata Paolo yang saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Davao, sebagaimana dikutip Asian Correspondent.

Dalam sidang Senat, Senator Antonio Trillanes yang selama ini menjadi kritikus Duterte, menampilkan foto Paolo Duterte bersama seorang pengusaha yang berada di balik pengiriman obat-obatan terlarang. Menurut ABS-CBN News, Trillanes menunjukkan dua foto, yaitu Paolo bersama Kenneth Dong, seorang 'perantara' yang memfasilitasi pengiriman methamphetamine pada bulan Mei.

Dong juga telah memverifikasi bahwa itu adalah foto dirinya dan Paolo. Sementara di foto lain terlihat Dong berpose dengan saudara Paolo, Sebastian.

Trillanes mengatakan, foto tersebut membuktikan bahwa Dong adalah 'teman keluarga’ Duterte. Dia juga mempresentasikan foto itu sebagai bukti bahwa putra sulung presiden tersebut terlibat dalam korupsi.

Dia mengaku memiliki informasi intelijen dari negara asing bahwa Paolo adalah anggota sindikat kriminal, dengan bukti sebuah tato naga dengan angka-angka rahasia di punggungnya. Ketika ditanya tentang tato tersebut, Paolo Duterte mengaku memilikinya, namun menolak untuk menunjukkan dengan alasan privasi.

Presiden Duterte telah berulang kali mengatakan, dia akan mengundurkan diri, jika para kritikus dapat membuktikan bahwa ada anggota keluarganya yang terlibat dalam kasus korupsi dan narkoba.

Sejak menjabat sebagai Presiden pada 30 Juni 2016 lalu, Duterte berjanji akan menggunakan kekuatan untuk menghapus kejahatan narkoba. Catatan polisi menunjukkan lebih dari 3.800 orang tewas dalam operasi polisi sejak Juli lalu, dan lebih dari 2.100 pembunuhan lainnya dilaporkan terkait dengan narkoba. (one)