Sekolah di Malaysia Pisahkan Gelas Minum Muslim-Nonmuslim
- Asian Correspondent
VIVA.co.id – Sebuah sekolah di Malaysia kedapatan memisahkan cangkir minuman untuk siswa Muslim dan non-Muslim. Sekolah di Taman Puteri, Hulu Langat itu diketahui memisahkan cangkir untuk dispenser air minum.
Dilansir Asian Correspondent, Jumat, 11 Agustus 2017, masalah ini terungkap setelah beberapa gambar cangkir yang diberi label dengan tulisan "Muslim" dan "non-Muslim" beredar di media sosial.
Seorang anggota sebuah organisasi non-pemerintah G25, yang mempromosikan moderasi dan kohesi nasional, mengatakan bahwa isu tersebut sangat mengganggu dan mencerminkan bagaimana Islam dalam beberapa waktu mendatang di Malaysia.
"Hal seperti ini hanya akan menciptakan perpecahan di kalangan orang Malaysia atas nama apa yang disebut praktik keagamaan. Ini menunjukkan betapa kita telah kehilangan akal kita, terutama nilai toleransi," kata Johan Arriffin, anggota G25.
Seperti diketahui, dalam Islam mengonsumsi hewan haram seperti daging babi sangat dilarang. Pemisahan gelas di sekolah tersebut diyakini didasarkan pada kekhawatiran bahwa non-Muslim akan mencemari cangkir dengan unsur nonhalal.
Tapi Johan membantah argumen itu. Ia mengatakan yang lebih penting adalah kebersihan cangkir dan bukan oleh siapa yang menggunakannya. "Dengan cangkir, Anda mencucinya dan bersih. Tidak masalah apakah itu digunakan oleh seorang Muslim atau tidak. Memisahkan seperti itu adalah hal bodoh," ujarnya.
Kementerian Pendidikan Malaysia belum mengomentari masalah ini. Namun, pendiri Parent Action Group for Education Malaysia (PAGE) Noor Azimah Abdul Rahim mengatakan bahwa praktik tersebut serupa dengan pemisahan era apartheid.
"Ini (apartheid) adalah kata yang kuat untuk menggambarkan kasus tersebut. Namun negara akan menuju ke arah itu jika kita tidak mengatasinya," katanya.
"Pada waktu apartheid, restoran dan bus dipisahkan dan kejadian ini mungkin merupakan permulaan dari itu. Jika kita tidak menghentikannya, itu akan menjadi lebih buruk dan akan mencapai titik di mana akan ada restoran dan toilet terpisah untuk Muslim dan non-Muslim. Itu bisa menyebabkan ekstremisme," ujarnya. (ase)