Kapal Induk Kedua China segera Meluncur
- Ecns.cn
VIVA.co.id – China akan meresmikan kapal induk buatan dalam negerinya pada 23 April mendatang. Kapal induk yang diberi nama Shandong ini akan bergabung dengan Liaoning - kapal induk buatan Uni Soviet - untuk menjaga Laut China Selatan.
Menurut Juru Bicara Angkatan Laut China, Kolonel Senior Wu Qian, Shandong adalah kapal induk yang dimodernisasi secara signifikan. Kapal asli yang dibangun dan diharapkan menjadi kebanggaan nasional.
Pembangunan kapal induk kedua ini sejak 2014 dan telah dilaksanakan di Pelabuhan Dalian, kota yang berjarak sekitar sembilan jam dari Beijing, ibu kota China. “Kami tidak akan membiarkan publik menunggu terlalu lama,” kata Qian, seperti dikutip situs Sputniknews, Selasa, 4 April 2017.
Ia berharap kapal induk Tipe 001A Shandong secara resmi bertugas di samudera pada 23 April 2017, atau saat ulang tahun Tentara Pembebasan Angkatan Laut China yang ke-68 tahun.
Bobot Shandong mencapai 65 ribu ton, lebih besar dari Liaoning yang hanya 60 ribu ton. Menurut IHS Jane, lembaga riset dan konsultan pertahanan yang berbasis di Inggris, negeri Tirai Bambu bakal melipatgandakan anggaran militernya menjadi US$233 miliar (Rp3.134 triliun) pada 2020.
Anggaran tersebut melonjak 60 persen dari tahun ini yang mencapai US$146 miliar (Rp1.964 triliun), atau hampir dua kali lipat dari anggaran 2010 yang sebesar US$123 miliar (Rp1.654 triliun).
Namun, jika ditelisik lebih jauh, belanja militer China mengalami peningkatan secara tahunan (year on year/yoy) yang rata-rata sebesar 9,5 persen antara 2005-2014.
Artinya, jika mengambil contoh anggaran tahun ini yang sebesar US$146 miliar dan peningkatannya 9,5 persen selama empat tahun berturut-turut, maka akan sampai pada jumlah yang tidak jauh dari US$233 miliar.
Richard Bitzinger, pengamat hubungan internasional dari S Rajaratnam School of International Studies Singapura, bilang China memang konsisten membangun kekuatan angkatan lautnya. Terlebih, kata dia, Beijing telah bertahap memangkas jumlah tentaranya sebesar 300 ribu personel.
Sebab, selama ini kekuatan Angkatan Bersenjata China lebih bertumpu kepada angkatan darat. "China pelan-pelan menjadi kekuatan maritim. Meski teknologinya masih jauh dari AS, namun ini adalah langkah awal untuk lompatan besar ke depan," kata Bitzinger.