Mahasiswa Filipina Mulai Melawan Presiden Duterte
- REUTERS/Ezra Acayan
VIVA.co.id – Seorang pemuda dari klub teater Filipina mementaskan drama musikal di sebuah taman di Manila, Minggu 2 April 2017. Melalui drama musikal itu ia menantang kebijakan Presiden Rodrigo Duterte yang membunuh para pengguna dan pengedar narkoba tanpa persidangan.
Pentas yang berlangsung selama 20 menit ini menampilkan seorang sales peti yang sedang melakukan bisnisnya, saat melihat mayat-mayat menumpuk dan tergeletak di pinggir jalan. Malang, nasib sales ini dan teman-temannya berakhir tragis. Ia tewas karena otoritas membunuhnya tanpa sebab yang jelas. Gaya pembunuhan yang sedang marak dan mencengkeram Filipina ini telah menimbulkan kekhawatiran masyarakat internasional.
"Drama tersebut berbicara tentang masalah yang dihadapi warga Filipina saat ini. Faktanya, beberapa orang sedang bekerja mengais rezeki saat mereka menyadari mereka juga bisa menjadi salah satu dari korban perang ini," kata sutradara pementasan Jessie Villabrille kepada Reuters, sebagaimana dilansir melalui The Bangkok Post, Senin 3 April 2017.
Lebih dari 8.000 pecandu dan pengedar narkoba dibunuh sejak Duterte menjabat sebagai presiden Filiphina pada 30 Juni 2016. Sebagian mati karena operasi polisi, sebagian lagi mati secara misterius. Pihak berwenang menyangkal telah melakukan kesalahan atas kasus ini.
Kritik terhadap perang melawan narkoba milik Duterte tidak didukung oleh pendukungnya. Duterte pernah dengan tegas mengecam PBB dan mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama karena mengkritik kebijakan anti-narkobanya. Duterte memenangkan kursi kepresidenan dengan janji memusnahkan peredaran narkoba dan kriminalitas.
Seorang pemuda dari klub teater Filipina mementaskan drama musikal di sebuah taman di Manila, Minggu 2 April 2017. Ia menantang kebijakan Presiden Rodrigo Duterte yang membunuh para pengguna dan pengedar narkoba. (ren)