Pelaku Serangan Teror di London Menemui Titik Terang
- Reuters
VIVA.co.id – Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengatakan pria yang melakukan serangan di Jembatan Westminster dan kompleks Gedung Parlemen London adalah kelahiran Inggris dan pernah diselidiki aparat keamanan di masa lalu.
Penyelidikan oleh polisi dan dinas rahasia dalam negeri, MI5, tersebut dilakukan atas kecurigaan bahwa ia memiliki kaitan dengan aktivitas atau kelompok ekstrem. Serangan London ini adalah yang terburuk sejak 2005 ketika ada serangan di sistem transportasi umum yang menewaskan 52 orang.
"Ia (penyerang) bukan figur penting dan MI5 tidak memiliki informasi bahwa ia akan melakukan serangan pada hari Rabu," kata PM May, seperti mengutip situs BBC, Kamis, 23 Maret 2017.
Wartawan BBC, Dominic Casciani, menyebutkan bahwa frasa “tidak memiliki informasi saat ini” mengindikasikan bahwa pelaku tidak masuk radar pengawasan aparat keamanan.
"Setiap hari aparat keamanan harus menentukan, mana yang masuk prioritas dan mana yang harus ditinggalkan. MI5 diberi tugas untuk fokus pada orang-orang yang benar-benar merencanakan serangan," kata Casciani.
PM May menambahkan identitas pelaku belum akan diungkap sampai hasil penyelidikan memutuskan untuk mengungkap jati diri pelaku. Delapan orang ditahan dari enam tempat tinggal di London dan Birmingham usai digerebek aparat keamanan.
Pernyataan PM May ini juga menggarisbawahi sulitnya aparat mendeteksi tipe serangan seperti yang terjadi pada Rabu kemarin. Dalam insiden teror ini empat orang meninggal dunia, termasuk pelaku, yang ditembak polisi setelah ia menikam anggota polisi hingga tewas di halaman Gedung Parlemen.
Korban yang mengalami luka-luka berasal dari 11 negara yang berbeda. Dari yang mengalami luka-luka, tujuh di antaranya dalam kondisi kritis. Serangan di Kompleks Parlemen Inggris di Westminster, London, terjadi tepat satu tahun serangan di Brussels, Belgia, yang menewaskan 32 orang. (one)