2015, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Turun ke 113
- id.wikipedia.org
VIVA.co.id – Badan Program Pembangunan di bawah PBB (United Nations Development Programme/UNDP) menilai ketidaksetaraan gender dan kurangnya pemberdayaan perempuan menjadi tantangan besar pembangunan di Indonesia.
Menurut Direktur UNDP Indonesia, Christophe Bahuet, Indonesia harus mampu membangun pembangunan manusia, sehingga mudah dijamah seluruh lapisan masyarakat demi mendukung kemajuan global.
Bahuet juga menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2015 berada di peringkat 113, turun dari posisi 110 di 2014, dari 188 negara di dunia.
Meski begitu, ia mencatat IPM ini meningkat sekitar 30,5 persen dalam 25 tahun terakhir. Namun, apabila disandingkan dengan negara-negara berkembang maupun maju, Indonesia seharusnya memiliki IPM pada tingkat medium.
Ia pun mencontohkan China dan Filipina. Menurut Bahuet, Indonesia masih bisa mengejar semua ketertinggalan dari dua negara itu di beberapa aspek.
"IPM untuk laki-laki Indonesia 0,712, sedangkan perempuan 0,660. Adapun nilai IPM untuk laki-laki China adalah 0,753 dan perempuan 0,718. Untuk Filipina, nilai IPM laki-lakinya mencapai 0,681 dan perempuan 0,682. Itu IPM tahun 2015," katanya di Jakarta, Rabu, 22 Maret 2017.
Oleh karena itu, lanjut Bahuet, untuk mempersempit kesenjangan, maka UNDP melihat setidaknya ada empat langkah yang dapat dilakukan pemerintah. Pertama, memastikan mereka yang tertinggal mampu menggunakan kebijakan umum. Kedua, memastikan langkah-langkah untuk kelompok dengan kebutuhan khusus.
Ketiga, memastikan ketahanan dalam pembangunan manusia. Keempat, memberdayakan mereka yang tertinggal, seperti menegakkan hak asasi manusia dengan menghormati dan mengimplementasikan perjanjian hak asasi manusia internasional.