Kuburan Massal Kembali Ditemukan di Meksiko

Keluarga 43 mahasiswa Meksiko yang hilang berunjuk rasa memprotes pemerintah, Selasa, 26 April 2016.
Sumber :
  • REUTERS/Edgard Garrido

VIVA.co.id – Pihak berwenang Meksiko menemukan lebih dari 250 tengkorak di sebuah kuburan massal di dekat kota Veracruz, di timur Meksiko. Jaksa negara bagian, Jorge Winckler, mengungkapkan para pengedar narkoba telah menggunakan Veracruz sebagai tempat pembuangan mayat selama bertahun-tahun.

"Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak orang yang dikubur di sana. Negara memiliki laporan bahwa sekitar 2.400 orang masih hilang. Veracruz adalah kuburan massal yang sangat besar,'' katanya, mengutip dari The Guardian, Kamis 16 Maret 2017.

Sebuah kelompok aktivis, yang terdiri dari kerabat orang-orang hilang, mulai memeriksa lahan dan lapangan di sekitar daerah itu tahun lalu. Ini terpaksa mereka lakukan setelah gagal mendapatkan bantuan dari pemerintah.

"Kami memang menggali lubang, tetapi kami berusaha untuk tidak menyentuh tulang-belulang manusia itu,'' kata Lucia Diaz, salah satu anggota. Karena DNA menjadi satu-satunya harapan untuk mengenali orang mati, ia dan kawan-kawan lainnya berusaha sebisa mungkin tidak menyentuh tulang-tulang tersebut.

"Sejauh ini, pencari telah menemukan sekitar 125 lubang yang berisi sekitar 250 mayat. Tidak ada yang tahu kapan penguburan ini terjadi.Sebagian tampaknya dilakukan baru-baru ini," ujarnya menambahkan.

Diaz bergabung dengan upaya pencarian mayat itu setelah anaknya sendiri, Guillermo Lagunes Diaz, diculik dari rumahnya pada tahun 2013. Lagunes tidak pernah ditemukan hingga saat ini. "Dia diculik. Di luar itu saya tidak tahu apa-apa,'' ucap Diaz.

Sementara itu, Winckler menyatakan sejauh ini, dua set tulang-belulang telah diidentifikasi, yaitu seorang detektif polisi dan asistennya. Jaksa penuntut mengatakan penggalian hanya dilakukan di sepertiga daerah di mana banyak tengkorak ditemukan dan mungkin lebih banyak orang dikubur di sana.

Meski demikian, komunitas ini mengaku telah mengajukan permohonan kepada para pejabat negara. Namun sayang, pemerintah dinilai lamban dalam menyelidiki kasus ini dan tidak mau melacak nomor telepon korban hilang.