Tiga Negara Berebut Pengaruh Maritim di Asia Tenggara
- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
VIVA.co.id – Wilayah perairan di kawasan Asia Tenggara merupakan jalur strategis bagi pelayaran dan perdagangan dunia. Meski begitu, masih ada masalah keamanan maritim di perairan tersebut.
Masalah ini jelas berpengaruh ke 10 negara anggota ASEAN. Pengamat politik keamanan internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Riefqi Muna, mengatakan bahwa masalah keamanan maritim merupakan isu yang berdimensi militer.
Menurut Riefqi, tiga negara besar berkepentingan di kawasan ini. Oleh karena itu, dimensi militer berimbas kepada kompetisi pengaruh dan proyeksi kekuatan angkatan laut.
"Tiga negara besar ini memiliki strategi kerangka maritim yang tumpang tindih. China dengan Maritime Silk Road, AS dengan Freedom of Navigation Operations, dan Jepang dengan Free and Open Indo Pacific Strategy," ungkapnya di Jakarta, Kamis, 9 Maret 2017.
Sementara itu, keamanan maritim sub-strategis yang tidak berdimensi pada militer antara lain seperti IUU Fishing, ancaman dan bencana, kerusakan lingkungan serta berbagai kejahatan transnasional lainnya. Menurut Riefqi, permasalahan ini membutuhkan kerja sama antarnegara ASEAN.
"ASEAN punya peran penting untuk mengurangi konflik, sekaligus mendorong kerja sama keamanan kolektif dalam menghadapi isu nirmiliter ini. ASEAN bisa bermitra dengan negara lain," papar dia.
Terkait kerja sama keamanan, Riefqi menyebut beberapa kerangka kerja sama maritim regional yang dapat diperkuat, di antaranya, menyepakati pengaturan tata laku laut sesuai UNCLOS 1982, mendorong upaya penciptaan kesepahaman melalui sambungan langsung (hotline), meningkatkan diplomasi dan kerja sama pelatihan angkatan laut (naval diplomacy and joint training). (art)