Kisah Pilu Anjing Paling Setia di Dunia
- wesharethings.blogspot.com
VIVA.co.id – 82 tahun lalu publik Tokyo berduka setelah Hachiko ditemukan tak bernyawa. Hachiko berhasil mencuri hati warga karena kesetiaannya terhadap sang majikan.
Hachiko adalah sebuah kisah persahabatan dan loyalitas yang merebak dari negeri Jepang. Anjing bernama Hachi setia menunggu majikannya, yang tak kunjung datang karena meninggal tiba-tiba, di stasiun kereta Shibuya, Tokyo.
Lahir 10 November 1923, Hachi dipungut oleh keluarga Ueno yang sedang mencari anjing jenis Akita Inu. Ia pun dipelihara peneliti pertanian berusia 53 tahun bernama Profesor Hidesaburo Ueno.
Ketika Profesor Ueno berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergian majikannya di pintu rumah atau dari depan pintu gerbang. Di pagi hari, Hachi kadang-kadang mengantar majikannya hingga ke Stasiun Shibuya. Di petang hari, Hachi kembali datang ke stasiun untuk menjemput.
Pada 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Hachi terus menunggui majikannya yang tak kunjung pulang, dan tidak mau makan selama 3 hari.
Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno, upacara tsuya (jaga malam untuk orang meninggal) dilangsungkan pada malam hari 25 Mei 1925. Hachi masih tidak mengerti Profesor Ueno sudah meninggal. Ia tetap pergi ke stasiun untuk menjemput majikannya.
Malangnya, Hachi harus terusir dari rumah dan beberapa kali dititipkan tetapi tetap setia menunggu kepulangan majikannya di Stasiun Shibuya. Tapi, ia sempat disangka anjing jalanan dan diperlakukan kasar.
Hachi ditendang, dilempari, dan diusir. Membuat tubuhnya gontai setiap berjalan menunduk kecewa kembali harus pulang sendirian.
Tonton video Sejarah Hari Ini yang mengangkat kisah Hachiko.
Pada 1932, Kisah Hachi menunggu majikan di stasiun mengundang perhatian Hirokichi Saito dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang. Prihatin atas perlakuan kasar yang sering dialami Hachi di stasiun, Saito menulis kisah sedih tentang Hachi.
Artikel tersebut dikirimkannya ke harian Tokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya roken monogatari ("Kisah Anjing Tua yang Tercinta"). Publik Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan Hachi yang terus menunggu kepulangan majikan.
Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya. Sejak itu pula, akhiran ko (sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi, dan orang memanggilnya Hachiko.
Satu tahun kemudian, seorang pematung bernama Teru Ando tersentuh dengan kisah Hachiko dan ingin membuat patung anjing tersebut. Pada 10 Maret 1934, patung di dekat stasiun Shibuya itu akhirnya diresmikan dan dihadiri 3000 penonton.
Hampir satu tahun kemudian, tepatnya pukul 06.00 pagi tanggal 8 Maret 1935, Hachiko yang saat itu berusia 13 tahun ditemukan tak bernyawa di jalan dekat Jembatan Inari, Sungai Shibuya.
Tempat tersebut berada di sisi lain Stasiun Shibuya. Hachiko biasanya tidak pernah pergi ke sana. Berdasarkan otopsi diketahui penyebab kematiannya adalah filariasis.
Upacara perpisahan Hachiko di stasiun Shibuya dihadiri orang banyak, tepatnya di depan patung perunggu Hachiko. Upacara pemakaman itu berlangsung seperti layaknya upacara pemakaman manusia.
Pada tahun 1944, di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, patung perunggu Hachiko ikut dilebur untuk keperluan perang. Patung pengganti yang sekarang berada di Shibuya adalah patung yang selesai dibuat bulan Agustus 1948. Patung tersebut merupakan karya pematung Takeshi Ando, anak laki-laki Teru Ando.
Kisah kesetiaan Hachiko pun terus dikenang. Pada tahun 2009, Hollywood mengangkat kisah ini menjadi film "Hachiko: A Dog's Story" karya sutradara Lasse Hallström dan dibintangi oleh Richard Gere dan Joan Allen.