Menhan AS: NATO Harus Bisa Jaga 'Halaman Rumahnya Sendiri'

James Norman Mattis dan Jens Stoltenberg di Brussels, Belgia.
Sumber :
  • REUTERS/Francois Lenoir

VIVA.co.id – Amerika Serikat mengingatkan seluruh negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara agar bisa menjaga 'halaman rumahnya sendiri' dengan meningkatkan belanja militernya.

Hal ini, menurut Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Norman Mattis, sebagai bentuk ultimatum karena AS akan membatasi dukungan pertahanannya di Benua Biru.

"Saya ingin Anda berkomitmen dengan diri sendiri dan negara anggota untuk meningkatkan anggaran pertahanan. Kami tidak bisa mendukung Anda terus-menerus," kata Mattis, di Markas Besar NATO, Brussels, Belgia, seperti dikutip situs Aljazeera, Kamis, 16 Februari 217.

Mattis mengatakan, masing-masing anggota NATO yang terdiri dari 27 itu harus memenuhi target pendanaan militer sebesar dua persen dari produk domestik bruto (PDB). Kendati demikian, Mattis tetap meyakinkan NATO bahwa AS akan tetap menjadi aliansi sejati.

Saat ini, hanya AS, Inggris, Estonia, Yunani dan Polandia, yang belanja militernya melampaui angka dua persen. Washington sendiri berada di urutan pertama dengan menggelontorkan anggaran militer untuk NATO yakni 3,61 persen dari PDB.

Sementara, negara-negara lain masih di bawah dua persen di antaranya Prancis menghabiskan 1,78 persen, Turki 1,56 persen, Jerman 1,19 persen, Italia menghabiskan 1,11 persen, dan Kanada hanya satu persen. Khusus Jerman, anggota NATO mengalami dilema karena masih trauma dengan peristiwa Perang Dunia I dan II.

Mendorong Jerman untuk meningkatkan belanja militernya justru membuat Prancis dan Polandia meradang. Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg menampik bahwa pernyataan Mattis adalah ancaman bagi Eropa.

"Pesan itu menunjukkan betapa pentingnya 'berbagi beban'. Ini adil dan mencerminkan realitas politik di Amerika Serikat," klaim Stoltenberg.

Sebelumnya saat kampanye Presiden AS tahun lalu, Donald Trump mengatakan bahwa aliansinya dengan NATO 'sudah usang' dan menegaskan AS bukanlah 'pesuruh' NATO yang terus menyuplai uang untuk membiayai persenjataannya.