AS Enggan Terlibat Penyelesaian Konflik Israel-Palestina

Presiden AS Donald Trump (kiri) dan PM Israel, Benjamin Netanyahu di Menara Trump, New York, AS.
Sumber :
  • Kobi Gideon/Government Press Office (GPO)/Handout via REUTERS

VIVA.co.id – Amerika Serikat di bawah Presiden Donald John Trump mendukung perdamaian Palestina dan Israel, namun tidak melalui skema solusi dua negara (two-state solution).

Hal ini disampaikan seorang pejabat senior Gedung Putih sebelum Trump menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Ruang Oval, Gedung Putih, pada Selasa, 14 Februari kemarin.

"Perdamaian merupakan tujuan pokok. Apakah itu datang dalam bentuk solusi dua negara? Jika itu yang diinginkan, atau (opsi) yang lainnya," kata pejabat yang enggan diungkap identitasnya, seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu, 15 Februari 2017.

Dengan demikian, ini sama saja AS membiarkan Israel semena-mena dan menyelesaikan masalah sengketa wilayah dengan caranya sendiri terhadap Palestina.

Seperti diketahui, setelah Trump resmi dilantik menjadi Presiden AS ke-45, Israel langsung melanjutkan pembangunan empat ribu unit rumah di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, serta mengesahkan UU Pemukiman.

Padahal, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi nomor 2334 tentang larangan pembangunan pemukiman Israel di atas tanah Palestina. Dukungan Trump terhadap Israel tidaklah mengagetkan.

Sebab, pengusaha properti New York itu sudah menyiapkan 'amunisi' untuk melanggengkan pendudukan negeri Yahudi itu.

Jared Kushner (kiri) dan istrinya, Ivanka Trump.

Amunisi yang dimaksud adalah penunjukan menantunya, Jared Kushner, sebagai negosiator kesepakatan damai serta David Friedman, sebagai calon tunggal Duta Besar AS untuk Israel. Kushner adalah keturunan Yahudi Ortodoks dan suami dari Ivanka Trump.

Adapun, Friedman adalah tokoh pendukung pembangunan pemukiman Yahudi dan menolak penerapan solusi dua negara. Direktur Eksekutif dari Washington Institute for Near East Policy, Robert Satloff mengatakan, Netanyahu merasa sudah 'di atas angin' sebelum bertemu dengan Trump mengenai pembangunan pemukiman ini.

"Untuk mencapai pemahaman dengan Presiden Trump mengenai isu-isu sensitif seputar konflik Israel-Palestina dan aktivitas pembangunan pemukiman, dia (Netanyahu) mengantongi 'kemenangan yang cukup' di sini, sehingga bisa menghadapi tekanan apa pun di Israel," kata Satloff, seperti dikutip situs Voa.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett, pada awal Februari lalu, berjanji menguasai seluruh Tepi Barat, dan mengevakuasi pemukim ilegal di wilayah Amona.

"Dari reruntuhan bangunan di Amona, kita akan membangun pemukiman baru. Kita akan mendirikan taman kanak-kanak di seluruh Yudea dan Samaria. Kita akan terapkan kedaulatan Israel di Yudea dan Samaria," tegas Bennett. Wilayah Yudea dan Samaria adalah istilah yang diungkapkan politisi sayap kanan Israel untuk Tepi Barat.