'Visit My Mosque', Cara Muslim Inggris Hapus Stigma Negatif

Umat Muslim di Eropa.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Warga Muslim di Inggris, membuka pintu masjid lebar-lebar dengan mengundang warga lain dari berbagai keyakinan untuk berdiskusi melawan kesalahpahaman terhadap Islam.

Sebanyak 164 masjid mengambil bagian dalam acara 'Kunjungi Masjid Kami' (Visit My Mosque), pada Minggu sore, 5 Februari 2017, yang membuat kerumunan pengunjung menjadi penasaran.

Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari tahun lalu, yang hanya 82 masjid. Acara yang diselenggarakan oleh Dewan Muslim Inggris (The Muslim Council of Great Britain/MCB) ini berjanji untuk menjawab semua pertanyaan peserta.

Populasi Muslim di Inggris, mencapai lima persen, atau sekitar tiga juta orang. Penyebaran mereka terkonsentrasi di pusat-pusat kota seperti London, Birmingham, Manchester, dan Bradford. Anggota MCB, Adrees Sharif mengatakan, inisiatif ini juga bertujuan untuk memperkuat ikatan antara Muslim dan masyarakat lainnya.

"Kami ingin menciptakan dialog, bukan debat. Ketika Anda sedang berdebat, maka tujuan Anda memenangkan argumen. Tetapi, ketika Anda terlibat dalam dialog, maka Anda berbagi keyakinan," kata Sharif, seperti dikutip situs Aljazeera, Senin, 6 Februari 2017.

Ia mencontohkan Masjid Paigham-e-Islam di Birmingham. Di kota kedua terbesar di Inggris ini, dialog terfokus pada hukum Islam, pandangan soal syariah, Yesus di mata umat Muslim, serta apa yang dilakukan masjid untuk melawan kelompok Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS).

 

Dalam dialog tersebut, tersedia beragam kuliner dari Timur Tengah dan Asia Selatan, dan keliling masjid sembari menjelaskan makna dari ritual doa menurut Islam.

Sharif menambahkan, dialog ini sebagai dorongan dari umat Islam di negeri Ratu Elizabeth II untuk menangkal meningkatnya sentimen anti-Muslim yang semakin berkembang di Eropa dan Amerika Serikat.

"Kami sangat berkepentingan menjelaskan kepada semua rakyat Inggris. Bukan hanya karena kebijakan (Presiden Amerika Serikat) Donald Trump, tetapi reaksi setelah Brexit," ungkap Sharif menjelaskan.

Pasca-Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) pada Juni 2016, serangan terhadap kaum Muslim meningkat seperti serangan xenophobia dan lainnya. (asp)