7 Tentaranya Tewas, Duterte: Habisi Pemberontak Komunis

Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte di Istana Malacanang, Manila.
Sumber :
  • REUTERS/Ezra Acayan

VIVA.co.id – Presiden Filipina, Rodrigo Roa Duterte, mengumumkan mengakhiri gencatan senjata dengan kelompok pemberontak komunis, New People’s Army (NPA), hari ini.

Ia pun memerintahkan militer Filipina agar mempersiapkan diri untuk bertindak cepat. Pengakhiran gencatan senjata sepihak ini dilakukan dua hari setelah pasukan NPA mengumumkan mundur dari perjanjian yang sudah berlaku sejak 10 Februari 2016.

Sejak itu, tujuh tentara Filipina tewas dan tiga lainnya ditangkap oleh NPA. "Tidak akan ada perdamaian. Mereka mengatakan bakal mengakhiri (konflik) sejak tanggal 10 Februari. Tapi, banyak tentara saya tewas sia-sia," kata Duterte, seperti dikutip situs Anadolu Agency, Jumat, 3 Februari 2017.

Ia juga meneagskan bahwa gencatan senjata dengan pemberontak komunis adalah pekerjaan yang sia-sia dan tidak akan menghasilkan apa-apa. "Saya meminta kepada seluruh prajurit. Kembali ke kamp Anda, bersihkan senapan Anda dan siap habisi mereka," ungkapnya.

Sementara itu, keputusan Duterte mengakhir gencatan senjata disambut baik Panglima Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Eduardo Ano.

"Kami akan mengejar dan mencegah mereka melakukan kekerasan dan kegiatan kriminal di tengah masyarakat. Dan kami akan menghantam mereka dengan keras," ujar Eduardo.

Kendati demikian, Duterte tak menjelaskan apakah rencana pembicaraan damai putaran keempat yang dijadwalkan digelar di Oslo, Norwegia pada April mendatang juga akan dihentikan.

Perundingan di Roma, Italia pekan lalu berakhir tanpa kesepakatan apa pun atau penghentian tembak menembak secara permanen.

"Saya sangat ingin mencoba tetapi tuntutan mereka terlalu besar dan tak mungkin saya penuhi," kata Duterte. Pemberontakan telah berjalan sejak 1968, di mana hal ini telah memakan 40 ribu korban jiwa.

Sekitar 4.000 pasukan NPA, kelompok sayap bersenjata Partai Komunis, beroperasi terutama di timur dan selatan Filipina.

Mereka sangat aktif di daerah pedesaan, di mana mereka terkenal untuk memeras uang dari bisnis lokal. Mereka juga secara teratur menyerang polisi dan pasukan militer, kadang-kadang menargetkan mereka di daerah perkotaan.