Beijing: Kebijakan Satu China Tak Bisa Dinegosiasikan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Sumber :
  • REUTERS/Jim Young

VIVA.co.id –  Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang, menegaskan prinsip "Satu China" adalah pijakan dasar untuk hubungan AS-China. "Tak bisa dinegosiasikan,” katanya.

Karena ituia mendesak partai yang relevan di Amerika Serikat untuk mengakui tingginya sensitifitas soal isu Taiwan, dan menegakkan janji yang telah dibuat oleh kedua partai politik di Amerika selama bertahun-tahun, kata Lu seperti dikutip dari South China Morning Post, 17 Januari 2017.

Lu menyerukan pada AS agar bijak menangani isu Taiwan untuk menjaga kerjasama dan membangun stabilitas hubungan antara Beijing dan Washington. Pernyataan Lu disampaikan setelah Trump saat diwawancara The Wall Street Journal mengatakan, ia tak akan berpegang pada perjanjian AS dan Beijing yang tak mengakui Taiwan secara diplomatis, atau dikenal sebagai kebijakan "Satu China",sampai ia melihat perkembangan Beijing dalam urusan pertukaran mata uang dan praktik perdagangan.

Ini bukan pertama kalinya Trump menantang sebuah kebijakan, yang ia pertanyakan setelah melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, tak lama setelah ia terpilih. Menyikapi Trump, Beijing tetap bertahan dengan memperingatkan, tak akan ada hal yang bisa menjadi pijakan dalam hubungan AS-China jika AS tak mau mengakui prinsip tersebut.

Zhang Baohui, seorang pakar masalah keamanan dari Universitas Lingnan di Hong Kong, mengatakan Trump tak sungguh-sungguh ingin meningkatkan konflik dengan Beijing, namun China tak memberikan banyak pengaruh pada Presiden AS mendatang tersebut.

"Trump sangat cerdas. Ia menggunaka isu Taiwan sebagai kunci untuk tawar menawar dengan China. Agenda Trump sangat sederhana. Ia hanya peduli pada ekonomi domestik. Isunya adalah menciptakan pekerjaan. Ia yakin, memilah isu perdagangan dengan China akan membantunya menciptakan pekerjaan di dalam negerinya.," ujar Zhang.

Zhang mengatakan, China mungkin akan memberikan beberapa konsesi perdagangan dengan AS dan melakukan investasi pada infrastruktur AS. "Ini tak lebih dari teknik tawar menawar. Tak terasa sama sekali bahwa Trump akan meningkatkan eskalasi konfliknya dengan China melalui situasi ini," ujarnya menjelaskan.

Sementara pakar keamanan dari Institute Strategi Nasional Tsinghua, Zhao Hai, mengatakan Trump akan memilah semua hal fundamental yang menjadi dasar dan prinsip dalam hubungan antara China dan AS. Ia akan terus menekan China dari seluruh perspektif. "Tapi saya yakin China tak merasa perlu membalas atau melawan apa yang dikatakan Trump. Saya tak yakin, sikap kerasnya pada China akan berlanjut terus,” ujar Zhao.

Zhao mengatakan, AS dan China memiliki isu yang sama di Timur Tengah dan Asia Tenggara. Di mana pada kedua isu itu akan memberi pengaruh lebih besar pada Beijing atas Amerika Serikat.