Bos Samsung Diduga Terlibat Korupsi
- Yonhap/ via REUTERS
VIVA.co.id – Kasus korupsi yang diduga dilakukan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan sahabatnya Choi Soon-sil terus meluas. Nama bos Samsung Jay Y Lee kini mulai diselidiki.
Jaksa Khusus tengah menyelidiki keterlibatan pemimpin Samsung Group, konglomerat terbesar Korea Selatan, atas skandal kasus suap yang juga melibatkan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye.
Jay Y Lee, Wakil Pimpinan dan satu-satunya anak dari Pimpinan Samsung, Lee Kun-hee, menghadapi tuntutan karena ia telah menginstruksikan salah satu anak perusahaan Samsung untuk memberikan sumbangan senilai jutaan dolar kepada orang kepercayaan Presiden Park, Choi Soon-sil, dan dua yayasan yang dikendalikan Choi.
Jaksa Penuntut Khusus, Park Young-soo mengatakan, uang itu digunakan Samsung dalam sebuah pertukaran bantuan politik dengan Presiden Park. Hari ini, jaksa telah meminta pengadilan Seoul untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Lee. Kendati demikian, diperlukan waktu beberapa hari bagi pengadilan, untuk memutuskan apakah akan memberikan surat perintah penangkapan tersebut.
Dilansir New York Times, Senin, 16 Januari 2017, jika Lee ditangkap, ini akan menjadi tonggak bagi Korsel, untuk memerangi korupsi bagi konglomerat terkuat di negara itu, atau dikenal sebagai chaebol, yang tentunya akan menggangu usaha dan kontrol manajemen Samsung.
Penangkapan Lee atas tuduhan suap juga akan semakin menyudutkan Presiden Park, yang telah diadili di Mahkamah Konstitusi. Selama persidangan, jaksa yang mewakili Majelis Nasional berpendapat, Park dan Choi berkolusi untuk memeras jutaan dolar dari Samsung dan bisnis besar lainnya. Park dan Choi membantah tuduhan itu.
Meski telah beberapa kali diselidiki atas dugaan korupsi, baik Lee maupun ayahnya tak pernah menghabiskan waktu di penjara. Lee Kun-hee pernah dinyatakan bersalah terkait kasus suap pada tahun 1996, penggelapan pajak dan pelanggaran kepercayaan pada tahun 2009, tetapi dalam setiap kasus tersebut ia tidak ditahan. Catatan kriminalnya pun kerap dihapuskan dalam pengampunan Presiden, dan ia segera kembali ke kursi kepemimpinan Samsung.
Pemerintah Korea Selatan dan pengadilan juga dianggap telah bersikap lunak terhadap taipan bisnis tersebut terkait dengan "kejahatan kerah putih", sehingga meningkatkan keraguan dari kalangan investor asing terkait tata pengelolaan perusahaan di Korsel. Hal ini juga menambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan di negara itu.
Lee Kun-hee, pemimpin Samsung Group mengalami kelumpuhan sejak mengalami serangan jantung pada tahun 2015. Sejak saat itu anaknya Lee, menjalankan bisnis konglomerat dan memiliki pendapatan tahunan sebesar USD 229 miliar. Samsung Electronics bahkan menyumbang 20 persen dari total ekspor Korea Selatan.
Seperti kebanyakan skandal korupsi lainnya di kalangan konglomerat, kasus yang menimpa Samsung berasal dari tuduhan bahwa perusahaan menggunakan cara suap dan tindakan ilegal lainnya untuk membantu kontrol pengalihan manajemen perusahaan dari ayah kepada anaknya.
Dalam skandal ini, Samsung dituduh memberikan sumbangan kepada Choi dalam sebuah pertukaran keputusan bagi National Pension Service untuk mendukung penggabungan kontroversial dari dua afiliasi Samsung pada tahun 2015. Moon Hyung-pyo, Ketua NPS, telah didakwa atas tuduhan bahwa ia secara ilegal menekan dana untuk mendukung merjer, ketika menjabat sebagai menteri kesehatan dan kesejahteraan Korsel.
Dukungan NPS sangat penting bagi merjer ini, yang disebut para pengamat dapat membantu Lee mewarisi kendali Samsung dari ayahnya. Elliot Management dan beberapa investor lainnya di Samsung telah menyerukan pemblokiran merger, dan mengatakan bahwa hal itu merugikan pemegang saham minoritas.
Tuduhan bahwa Presiden Park membantu Choi memeras jutaan uang suap dari Samsung dan perusahaan lain, menyebabkan desakan pemakzulan. Sejak saat itu, kepemimpinan Park telah ditangguhkan dan Mahkamah Konstitusi akan memutuskan apakah akan mengakhiri kepemimpinannya.
Pada November lalu, jaksa mendakwa Choi atas tuduhan memaksa 53 perusahaan besar, termasuk Samsung, untuk memberikan kontribusi senilai US$69 juta kepada dua yayasan miliknya. Mereka mengidentifikasi Park sebagai kaki-tangan dan bersikeras bahwa mereka ditekan oleh pemerintah untuk memberikan sumbangan uang tersebut.
Dalam hal ini, Samsung memberikan sumbangan terbesar untuk yayasan milik Choi sebesar US$17 juta. Berbeda dengan kontributor perusahaan lain, Samsung juga menandatangani kontrak senilai US$18 juta dengan perusahaan manajemen olahraga milik Choi di Jerman, kemudian menggunakan uang tersebut untuk mendanai program pelatihan olahraga menunggang kuda, dan memberi keuntungan bagi anak Choi.
Bulan lalu, Lee bersaksi di sidang Majelis Nasional bahwa ia tidak terlibat dalam pemberian sumbangan Samsung. Dia juga mengatakan bahwa sumbangan tersebut bukan sukarela, menunjukkan bahwa perusahaan adalah korban pemerasan, dan bukan "peserta" dalam kasus suap. Namun tim jaksa khusus mengatakan memiliki bukti bahwa Lee sendiri yang memerintahkan sumbangan, setelah menerima permintaan dari Presiden Park.