Trump Dinilai Tepat Pilih Rex Tillerson Jadi Menlu
- REUTERS/Kevin Lamarque
VIVA.co.id - Pernyataan kontroversial dari calon Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson tampaknya akan berbuntut panjang. Ia melontarkan pernyataan bahwa Tiongkok dilarang memasuki wilayah Laut China Selatan, saat diwawancara parlemen AS.
Ditemui usai mengisi acara diskusi di The Habibie Center, Jakarta Selatan, pengamat politik luar negeri Indonesia, Dewi Fortuna Anwar, menilai pernyataan ini merupakan bukti AS tidak akan melepaskan pandangannya kepada wilayah Asia Timur, khususnya Laut China Selatan.
"Saya kira itu sudah merupakan pandangan awal pemerintahan Trump di mana AS tidak akan membiarkan satu negara pun menguasai Laut China Selatan," ujar Dewi, Kamis, 12 Januari 2017, malam.
"Jika Tillerson memang menyatakan seperti itu, berarti AS tetap fokus pada wilayah Asia. Karena awalnya, banyak yang khawatir AS akan tidak terlalu fokus kepada Asia sejak Trump terpilih," katanya.
Dewi menilai mantan bos ExxonMobil ini adalah sosok yang pragmatis, visioner, dan tidak inward looking. Hal itu bisa dilihat dari gaya berbicara dan profesi yang ia jalani sebelumnya, yaitu seorang pebisnis di bidang perminyakan.
"Menurut saya, siapapun presidennya, siapapun Menlunya, AS akan tetap mempertahankan kebijakan kebebasan navigasinya di Laut China Selatan," ungkap Dewi.
Calon Menlu pilihan Trump ini, imbuh Dewi, adalah sosok penganalisa. Ia selalu menganalisis risiko sebelum memutuskan sesuatu, memanfaatkan peluang yang ada, serta meminimalisir potensi konflik. Dewi juga mengatakan Menlu baru AS ini sudah paham bagaimana cara berhubungan baik dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia.
"Seorang CEO perusahaan besar memang harus seperti itu. Ia harus mempertimbangkan risiko sebelum mengambil keputusan. Saya kira dia akan mengaplikasikan hal itu saat menjabat nanti," ungkapnya.
"Tillerson ini menlu AS yang sama sekali tidak berpengalaman di bidang politik. Berbeda dengan Menlu-Menlu AS sebelumnya, seperti John Kerry dan Hillary Clinton yang memang punya latar belakang politik dan mengerti tentang kebijakan luar negeri AS. Just wait and see," tuturnya.