Sikap Menlu AS Usai Keluarnya Resolusi PBB untuk Israel
- Reuters
VIVA.co.id – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, menyatakan akan meletakkan visinya untuk membantu mengakhiri konflik Israel dan Palestina. Kerry berharap dapat memberikan penghormatan terakhir sebelum mengakhiri masa jabatannya dalam kepemimpinan Presiden Barack Obama.
Ia juga ingin menjalankan tugas terakhirnya sebagai diplomat tertinggi AS dalam menyelesaikan sengketa wilayah selama puluhan tahun tersebut.
"Kami percaya solusi dua negara (two-state solution) sedang dalam bahaya. Untuk itu, sangat penting berbagi pemahaman lebih mendalam yang telah kami kembangkan di antara kedua pihak selama konsultasi intensif dalam beberapa tahun terakhir ini," katanya, seperti dikutip Reuters, Rabu, 28 Desember 2016.
Sikap Kerry ini dianggap sebagai salam perpisahan untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang memiliki hubungan 'membara' dengan Obama sejak keduanya sama-sama menjabat sebagai pemimpin negara pada 2009.
Selain itu, Kerry menampik tuduhan menyesatkan yang dibeberkan beberapa pejabat Israel. Yakni bahwa pemerintahan Obama telah merancang dan memaksa pemungutan suara (voting) dalam Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menurut dia, AS berharap suara PBB akan berfungsi sebagai "wake-up call" bahwa pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur adalah kerugian bagi solusi dua negara (two-state solution).
Pada Jumat pekan lalu, AS memutuskan untuk tidak melindungi Israel dengan menyatakan abstain dari Resolusi DK PBB. Alhasil, 14 suara negara anggota DK PBB mendukung resolusi dan satu suara, yaitu AS, abstain.
Sebagian besar negara-negara dunia melihat permukiman itu sebagai rintangan bagi terciptanya perdamaian. Israel selalu menepis anggapan tersebut, sedangkan Washington akhir-akhir ini menganggap aktivitas di permukiman tersebut tidak sah.