Korut Nyatakan Senjata Nuklir Harga Mati
- Reuters/KCNA
VIVA.co.id – Korea Utara bertekad untuk menyelesaikan pengembangan senjata nuklir pada akhir 2017. Negeri Tirai Besi itu menegaskan tidak akan menyerahkan senjata nuklir ke negara manapun, bahkan jika ditawari uang dalam jumlah besar.
Diplomat Tinggi Korea Utara yang baru-baru ini membelot ke Korea Selatan, Thae Yong-ho, membeberkan rencana Kim Jong-un yang rela mengeluarkan banyak dana demi pengembangan senjata nuklir.
"Selama Kim Jong-un berkuasa, Korea Utara tidak akan menghentikan senjata nuklirnya. Bahkan, jika ditawari uang sebesar US$1 miliar hingga US$10 miliar sebagai gantinya. Ini bukan soal insentif (ekonomi)," ujar Yong-ho, seperti diikutip situs Yonhap, Rabu, 28 Desember 2016.
Bagi Korea Utara, 2017 adalah waktu yang tepat ketika Korea Selatan dan Amerika Serikat akan memiliki presiden baru. Karena prosedur politik dalam negeri, Korea Utara telah menimbang jika kedua negara tersebut tidak akan dapat mengambil tindakan fisik atau militer untuk mencegah pengembangan nuklir Pyongyang.
Sementara itu, Pyongyang terus mencoba membuka dialog dengan Seoul dan Washington sebagai strategi untuk memperoleh status negara nuklir. Hingga kini, Korea Utara akan terus meluncurkan provokasi militer dan melakukan tes nuklir dalam upaya menggagalkan kebijakan Korea Selatan dan sanksi berlapis AS.
"Korea Utara percaya bahwa provokasi tanpa henti harus menggeser kebijakan baru pemerintah (Korea Selatan dan AS) menjadi lebih stabil dan fokus," tuturnya.
Baru-baru ini, Korea Utara telah menetapkan kebijakan pembangunan nuklir berbasis ekonomi ganda menjadi bagian dari platform resmi partai yang berkuasa. Tetapi, dalam kenyataannya, keputusan tersebut justru menempatkan pengembangan nuklir di atas segala-galanya.
Yong-ho pun memiliki alasan kuat mengapa dirinya memutuskan untuk membelot. "Saya bersumpah ingin membongkar (menggulingkan) rezim Kim Jong-un dan menyelamatkan orang-orang kita (Korea) dari bencana nuklir," katanya, menegaskan.