Ulama Malaysia: Ucapkan Selamat Natal Tidak Masalah
Jumat, 23 Desember 2016 - 05:32 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
VIVA.co.id – Mengucapkan selamat Natal bagi umat Kristiani merupakan sesuatu yang diperbolehkan di Malaysia. Hal ini disampaikan salah satu Imam Besar Malaysia baru-baru ini.
Pada tahun 2014, seorang aktivis dari kelompok Muslim konservatif, Isma, berpendapat bahwa ucapan "Selamat Natal" dianggap haram atau dilarang oleh hukum Islam. Namun Datuk Zulkifli Mohamad Al-Bakri, yang juga seorang pejabat pemerintahan mengatakan bahwa penafsiran ini salah.
Menurutnya, sikap ramah terhadap orang dari agama lain sangat diperbolehkan bila digunakan untuk merayakan kebahagiaan kepada orang dari kelompok agama lain. "Ini tidak lebih dari ucapan belaka untuk mengungkapkan kebahagiaan saat melihat mereka yang merayakan," kata Datuk Zulfikli seperti dikutip Sputnik, Kamis 22 Desember 2016.
Ia kemudian mengingat pertemuan Dewan Nasional Komite Fatwa tahun 2007. Pada pertemuan tersebut para pemimpin Islam menyimpulkan bahwa selama komunikasi dengan non-Muslim tidak bertujuan untuk "memuliakan" agama-agama lain, maka hal itu diperbolehkan.
Datuk Zulfikli menilai bahwa liputan media dari kelompok-kelompok ekstremis telah menciptakan sebuah gambaran "menyimpang" dari Islam, sementara mengabaikan fokus sesungguhnya mengenai agama yang damai dan toleran.
Menurutnya, sikap ramah terhadap orang dari agama lain sangat diperbolehkan bila digunakan untuk merayakan kebahagiaan kepada orang dari kelompok agama lain. "Ini tidak lebih dari ucapan belaka untuk mengungkapkan kebahagiaan saat melihat mereka yang merayakan," kata Datuk Zulfikli seperti dikutip Sputnik, Kamis 22 Desember 2016.
Ia kemudian mengingat pertemuan Dewan Nasional Komite Fatwa tahun 2007. Pada pertemuan tersebut para pemimpin Islam menyimpulkan bahwa selama komunikasi dengan non-Muslim tidak bertujuan untuk "memuliakan" agama-agama lain, maka hal itu diperbolehkan.
Datuk Zulfikli menilai bahwa liputan media dari kelompok-kelompok ekstremis telah menciptakan sebuah gambaran "menyimpang" dari Islam, sementara mengabaikan fokus sesungguhnya mengenai agama yang damai dan toleran.