China Buka Penerbangan Komersil di Wilayah Sengketa

Scarborough Shoal, salah satu wilayah sengketa di Laut China Selatan.
Sumber :
  • REUTERS/Planet Labs/Handout via Reuters

VIVA.co.id – China semakin mempertegas klaimnya atas wilayah yang dipersengketakan di Laut China Selatan. Buktinya, mereka memulai penerbangan komersil yang bisa disewakan ke Pulau Woody setelah memperoleh persetujuan otoritas bandara untuk operasi sipil.

Penerbangan pertama lepas landas pada Rabu kemarin pada pukul 08.45 waktu setempat dari Haikou, ibu kota Provinsi Hainan, dan kembali dari Woody pada pukul 13.00 waktu setempat. Jadwal penerbangan setiap hari dengan biaya tiket sebesar 1.200 yuan (setara Rp2,3 juta) untuk satu kali perjalanan.

"Hal ini secara efektif akan meningkatkan kondisi kerja dan kehidupan dari pegawai negeri dan tentara yang berbasis di kota Sansha," ungkap laporan yang dilansir kantor berita Reuters, Kamis 22 Desember 2016.

Woody terletak di Kepulauan Paracel, yang juga diklaim oleh Vietnam dan Taiwan. Kepulauan itu 'beribukota' Sansha yang artinya menjadi pusat administrasi untuk wilayah Laut China Selatan.

Sementara itu bandara di Pulau Woody juga berfungsi sebagai bandara gabungan sipil dan militer, serta telah disetujui untuk operasi sipil sejak Jumat pekan lalu.

Beijing telah membangun bandara udara lainnya di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan, sebagai bagian dari program reklamasi pulau kontroversial. China mengambilalih penuh Paracel pada 1974 setelah terlibat konflik dengan Angkatan Laut Vietnam.

Meskipun China menyebutnya sebagai sebuah kota, namun jumlah penduduk tetap di Sansha tak lebih dari beberapa ribu jiwa. Sebagian besar pulau yang disengketakan itu terdiri dari terumbu karang di laut yang tak berpenghuni.

Pada Februari lalu, Taiwan dan Amerika Serikat mengatakan China telah mengerahkan sistem rudal canggih permukaan darat ke udara yang ditempatkan di Pulau Woody.

(ren)