Kemlu: Abu Sayyaf Menggeser Lokasi Penculikan
- VIVA.co.id/news.siteintelgroup.com
VIVA.co.id – Penculikan yang dilakukan kelompok bandit Abu Sayyaf terhadap anak buah kapal Indonesia beberapa waktu lalu kerap terjadi di Perairan Sulu, Filipina Selatan. Namun, pada November 2015, empat nelayan WNI justru diculik dari Perairan Sabah, Malaysia.
Terkait hal tersebut, pihak Kementerian Luar Negeri RI membenarkan bahwa ada kecenderungan dari kelompok penculik Abu Sayyaf untuk mengubah target penyanderaan. Perubahan ini merupakan dampak dari diberlakukannya patroli bersama di Perairan Sulu.
"Iya mereka (Abu Sayyaf) mengubah target sebetulnya. Karena sudah tidak ada lagi tugboat yang melalui atau keluar dari perairan yang sudah ditentukan. Semua tugboat sekarang berlayar melalui sea corridor yang sudah ditentukan. Saat ini juga sudah ada patroli terkoordinasi di sana," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, di Jakarta, Selasa, 13 Desember 2016.
Ia juga menegaskan saat ini antara Indonesia dengan Filipina telah menjalankan beberapa mekanisme pengamanan diantaranya joint patrol, joint coordinated patrol dan convoy.
"Kalau joint patrol itu kapal kedua negara berpatroli bersama. Coordinated patrol artinya masing-masing kapal berpatroli di koordinat yang sudah ditentukan, sedangkan konvoi berarti kedua kapal Indonesia dan Filipina mengawal kapal-kapal lain yang berlayar di koridor yang telah ditentukan," ujarnya menjelaskan.
Mekanisme pengamanan ini cukup berhasil, terbukti dengan tidak adanya lagi WNI yang diculik di perairan tersebut. Namun titik penculikan justru bergeser ke Perairan Sabah.
"Kita sebetulnya sudah berhasil di Perairan Sulu. Hanya waktu itu kita tidak mempertimbangkan perairan Sabah. Abu Sayyaf ini memang akan selalu mencari daerah-daerah yang dekat dengan gugusan kepulauan Filipina, untuk kemudian membawa sandera ke gugusan Kepulauan Tawi-tawi," ujar Iqbal.
Akibat hal ini, pemerintah Indonesia telah memberikan imbauan kepada masyarakat di pesisir perairan untuk sementara waktu tidak melaut sampai kondisi dirasa cukup stabil. Hal ini juga telah disampaikan kepada Asosiasi Pemilik Kapal, sambil menunggu ada upaya penguatan dari pemerintah Malaysia.