Satu Perempuan Jadi Pelaku Bom Mesir
- REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
VIVA.co.id – Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, berhasil mengungkap identitas pelaku bom bunuh diri di gereja Coptic Christian, Mesir. Insiden bom itu terjadi pada hari Minggu, 11 Desember 2016, ketika kegiatan peribadatan sedang berlangsung di dalam gereja.
Diberitakan oleh Al Arabiya, Sisi mengungkapkan pelaku adalah pemuda berusia 32 tahun yang bernama Mohammed Shafiq Mohammed. Saat menjalankan aksinya, Shafiq tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga orang rekannya, dua orang laki-laki bernama Mohsin Mustafa Al-Sayid Qassim dan Mohammed Hamdi Abdulhamid, dan satu orang perempuan bernama Ula Hussain Mohammed Ali.
Selama upacara pemakaman para korban, al-Sisi menjelaskan bahwa Shafiq meledakkan sabuk peledaknya di dalam kapel. Menurut laporan, sampai saat ini, petugas keamanan masih mengumpulkan potongan-potongan tubuh korban dan pelaku untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut. Presiden al-Sisi berjanji akan membawa kasus tersebut ke pengadilan.
Di sisi yang sama, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengajak pemerintah Mesir untuk memberantas aksi terorisme bersama setelah insiden bom bunuh diri tersebut menewaskan sedikitnya 25 orang jemaah.
"Israel mengutuk keras serangan teroris di Gereja Coptic, Mesir. Israel juga menyampaikan rasa duka cita mendalam bagi keluarga korban dan rakyat Mesir. Kita harus menyatukan kekuatan untuk melawan teroris," ujar PM Netanyahu dalam sebuah pernyataan tertulisnya.
Dua hari yang lalu, peristiwa berdarah yang terjadi di Gereja Coptic, Mesir, mengejutkan warga dunia. Sebelumnya, di tahun 2011, peristiwa serupa terjadi. Lebih dari 20 orang yang berada di luar sebuah gereja di pesisir utara kota Alexandria tewas terbunuh karena aksi teror.
Media di Israel mengatakan negara Yahudi dan Kairo bekerja sama dalam melawan jihadis yang memerangi pasukan keamanan Mesir di Semenanjung Sinai. Israel memberikan lampu hijau kepada tentara Mesir untuk menggunakan tank, pesawat tempur, infanteri, memerangi para jihadis di Sinai, di mana Sinai merupakan wilayah demilitarisasi di bawah perjanjian damai antara kedua negara tersebut pada tahun 1979.