Ribuan Warga Sipil Aleppo Berhasil Dievakuasi

Seorang pria memanggul remaja yang terluka di Aleppo.
Sumber :
  • REUTERS/Hosam Katan

VIVA.co.id – Sekitar 8.500 warga sipil di Aleppo, termasuk di antaranya 2.900 anak-anak, diperbolehkan meninggalkan daerah yang dikendalikan militan di Aleppo, Suriah. Mereka akhirnya bisa keluar dari Aleppo berkat bantuan prajurit Rusia.

Seperti dilaporkan oleh Sputnik, Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah mengatakan, warga telah meninggalkan Aleppo dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Menteri Pertahanan Rusia menyebut ada sebanyak 8.461 penduduk kota yang mengungsi.

"Dalam 24 jam terakhir saja, di Aleppo yang masih di bawah kendali militan, 8.461 warga kota, termasuk 2.934 anak-anak berhasil dipindahkan dengan bantuan dari pusat rekonsiliasi Rusia," katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada Jumat, 9 Desember 2016.

Merujuk pada pernyataan tersebut, lebih dari puluhan militan yang yang beroperasi di Aleppo menerima pengampunan (amnesti) setelah mereka menyatakan menyerah.

"14 militan menyerah dan bergerak menuju bagian barat kota dengan pengawalan tentara Suriah. Sejalan dengan keputusan Presiden Suriah, semuanya mendapatkan pengampunan," ujar pusat rekonsiliasi Rusia untuk Suriah.

Tentara perang Rusia juga telah meratakan sekitar enam hektare atau nyaris seluas 15 are tempat tinggal penduduk di timur Aleppo. "Perizinan untuk meledakkan pemukiman menggunakan bahan peledak telah selesai sepenuhnya. Stasiun sentral pemompaan air telah diranjau dan dibangun kembali. Begitupun dua gardu listrik, sekolah, dan dua masjid," katanya.

Sedangkan menurut laporan Al Jazeera, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kemenangan bagi pasukannya di Aleppo akan menjadi langkah besar untuk mengakhiri perang saudara selama lima tahun yang menghancurkan negara itu. Seorang pejabat dengan kelompok pemberontak berbasis Aleppo, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan kepada kantor berita Reuters,

"Rusia ingin para pejuang itu keluar (dari Suriah) dan mereka (Amerika) siap untuk mengoordinasikan lebih dari itu."