Trump Menang dan Dampaknya di Dunia Internasional
- REUTERS/Carlo Allegri
VIVA.co.id – Pengamat hubungan internasional Aleksius Djemadu mengatakan, Donald Trump akan benar-benar menjalankan semua kebijakan luar negeri Amerika Serikat meskipun terdengar arogan dan konyol di mata publik.
Ia mengatakan kebijakan super proteksionis ala Trump ini justru memberi dampak buruk bagi dunia internasional, terutama terhadap izin pemberian akses masuk ke pasar AS.
"Selain akses masuk perdagangan ke pasar Amerika susah, sikap Trump yang anti-Islam juga akan berdampak pada negara-negara Islam di dunia, termasuk Indonesia. Ini yang akan membuat rumit dalam hal memberantas teroris," kata Aleksius, di Jakarta, Rabu, 9 November 2016.
Tak hanya itu, kebijakan lain yang akan dijalankan taipan New York itu antara lain perdagangan bebas, mengatasi perubahan iklim, dan masalah pengungsi selain pemberantasan teroris.
Kendati kebijakannya kontroversi dan keras, namun Trump belum memastikan bagaimama hubungan bilateralnya dengan China.
"Sebagai negara adidaya, Amerika memegang peranan penting di berbagai sektor ekonomi, keamanan, dan budaya di seluruh dunia. Masalahnya sekarang adalah bagaimana cara Trump dalam mengatasi semua kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan semua kebijakan baru yang akan dibuatnya," ungkapnya.
Sulit diprediksi
Hingga dirinya resmi terpilih menjadi Presiden AS ke-45, Trump bahkan tidak menjelaskan secara detail bagaimana mengatur hubungan bilateralnya dengan China.
"Apakah akan interdependence atau mutual suspicion," tutur Aleksius. Pada kesempatan yang sama, pengamat politik AS Daniel Cooper menilai bahwa kebijakan luar negeri Trump akan sulit diprediksi.
Menurutnya, banyak pihak berpandangan bahwa pebisnis properti berusia 70 tahun ini akan lebih berfokus kepada urusan dalam negeri.
"Trump terlihat lebih memikirkan apa yang terjadi di dalam negeri. Ini bisa menjadikannya pemimpin yang kurang aktif dalam hubungan internasional," kata Cooper.
Selain itu, ia juga menilai perkataan Trump sulit dipercaya sehingga masyarakat akan dibuat bingung dan tidak fokus terhadap apa saja yang menjadi kebijakannya selama empat tahun ke depan.
"Kita tidak tahu apakah nanti dia akan berubah dan turut mengembangkan hubungan luar negeri. Atau justru malah sebaliknya," ujar Cooper, seperti mempertanyakan.