Kisah Pilu ABK WNI Selama Disandera Perompak Somalia

Empat WNI sandera perompak Somalia yang dibebaskan.
Sumber :
  • REUTERS/Siegfried Modola

VIVA.co.id – Sudirman, salah satu anak buah kapal Naham 3 asal Medan, Sumatera Utara, menceritakan kisah mencekam selama dirinya ditahan perompak Somalia sejak 2012.

Dengan mata berkaca-kaca, ia mengulang kembali kisah awal penyanderaan yang terjadi pada pukul 02.00 dini hari saat ia dan rekannya selesai bekerja.

Tiba-tiba, Sudirman mendengar suara tembakan membabi buta di seluruh badan kapal.

Sontak, seluruh anak buah kapal yang berjumlah 29 orang lari berhamburan berupaya mencari perlindungan di dek kapal dan ruang mesin.

Namun, tembakan brutal itu menyebabkan salah satu nahkoda kapal tewas di tempat.

Selama total 4,5 tahun di sandera, keempat sandera bersama 22 sandera lainnya ditahan selama 1,5 tahun di kapal dan tiga tahun di daratan.

Sudirman pun mengaku menerima perlakuan yang tidak manusiawi dan mengonsumsi makanan yang tak layak.

"Dalam satu hari, kami hanya diberikan air minum satu gelas. Itu pun airnya sangat tidak layak. Kadang kita terima air itu sudah tercampur dengan kotoran unta dan kambing. Terkadang pula kalau airnya dimasak justru makin bau. Mau kita minum itu rasanya tidak enak, mau muntah," kata Sudirman, di Jakarta, Senin, 31 Oktober 2016.

Diikat membentuk huruf U

Selain air minum yang tidak layak, ia mengaku juga diberikan makanan yang sangat memprihatinkan.

Biasanya mereka diberikan roti yang sudah dicampur, namun dalam kondisi yang sudah basi dan asam. Jika siang hari, mereka bahkan tidak diberikan makan.

"Kalau siang kita tidak makan. Kalau malam biasanya makan dengan nasi dan kacang merah. Kadang kalau tidak ada lauk, kita minum teh dan gula minta dari mereka," paparnya.

Selain itu, sempat beredar kabar bahwa seluruh sandera Somalia terkadang harus memakan hewan liar seperti tikus untuk di konsumsi.

Terkait hal ini, Sudirman mengaku semuanya dilakukan secara diam-diam. Jika pihak perompak mengetahui maka mereka akan disiksa.

"Biasa itu makan hewan liar seperti tikus dan kucing liar. Tapi itu ABK lain bukan kami (WNI). Kalau ketahuan sama perompak ini ada hukumannya. Biasanya kaki dan tangan kita bersamaan membentuk huruf U, lalu digulingkan. Itu sakit sekali. Kalau tidak ketahuan, ya, tidak apa-apa," ungkap dia.

Ia mengaku sudah pasrah dan kehilangan harapan. Sehari-hari, meskipun tidak melakukan aktivitas apa-apa, mereka berada dalam kondisi tertekan selama 4,5 tahun.

"Tiga tahun di Somalia kami biasanya kalau sore mencari kayu bakar. Tidak ada kegiatan lain. Di Somalia itu tidak pernah hujan. Setahun paling banyak dua kali. Jadi kalau hujan kami biasanya gali tanah seperti kolam untuk menampun air minum," tuturnya.

(ren)