Duterte Kembali Katakan Tak Ada Lagi Latihan Bersama AS
- U-Report
VIVA.co.id – Presiden Rodrigo Duterte mengatakan bahwa Filipina bersedia untuk mengadakan latihan militer bersama dengan China dan Rusia. Sementara itu, ia menegaskan tak akan lagi mengizinkan latihan perang dengan sekutu lamanya, Amerika Serikat.
Pernyataan Duterte ini dikeluarkan dalam sebuah wawancara TV, menjelang kunjungannya selama empat hari ke Beijing. Seperti diketahui, kunjungannya ini ditujukan untuk membahas sengketa Laut China Selatan dan peningkatan hubungan bilateral kedua negara.
Ketika ditanya apakah ia akan mempertimbangkan latihan militer bersama dengan China maupun Rusia, Duterte pun menjawabnya dengan tegas. "Ya. Saya akan melakukannya. Saya telah memberikan cukup waktu bagi Amerika untuk bermain dengan tentara Filipina," kata Duterte, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa, 18 Oktober 2016.
Duterte juga mengulangi pernyataannya bahwa ia tidak akan lagi mengizinkan latihan bersama dengan Amerika Serikat, negara yang selama ini menjadi pemasok perangkat keras militer dan sekutu pertahanan utama bagi Filipina. "Ini akan menjadi yang terakhir. Semuanya telah diprogram," Duterte menegaskan.
Duterte diketahui membawa ratusan rombongan pengusaha ke Beijing dan diharapkan akan membahas penawaran bernilai miliaran dolar. Presiden berusia 71 tahun itu pun mengaku akan membeli peralatan militer dari China.
"Ya, tapi tidak dalam jumlah besar. Jika China tak membantu kami dalam upaya ini, akan sulit bagi kita untuk memerangi terorisme," ujarnya.
Hubungan antara China dan Filipina memburuk di bawah pemerintahan Presiden Benigno Aquino, yang mencoba menantang ekspansionisme Beijing di Laut China Selatan. Untuk menghadapinya, Aquino pun memperbolehkan kehadiran sejumlah besar militer AS di Filipina. (ase)