Jepang Ketakutan dengan Kemampuan Nuklir Korut

Pasukan Bela Diri Jepang menjaga Rudal Patriot PAC-3 di Tokyo, Jepang.
Sumber :
  • REUTERS/Issei Kato/File Photo

VIVA.co.id – Keberhasilan Korea Utara meluncurkan rudal jarak jauh sejak Januari hingga September 2016 membuat Jepang ketar ketir.

Terakhir, Pyongyang meluncurkan roket dekat Laut Timur. Hal ini pula yang mendorong perlombaan senjata besar-besaran di kawasan Asia Timur sepanjang dua dekade terakhir.

Oleh karena itu, Tokyo memutuskan meningkatkan kemampuan militernya untuk menangkal serangan rudal tetangganya, yang kemungkinan, pilihannya tanpa bantuan Amerika Serikat.

"Kemajuan (rudal) mereka (Korut) lebih cepat dari perkiraan. Namun, agak telat untuk diantisipasi. Makanya, kami harus memperkuat sistem pertahanan udara untuk mengadang rudal balistik mereka," kata seorang komandan senior militer dari Pasukan Bela Diri Jepang, seperti dikutip situs Reuters, Rabu, 4 Oktober 2016.

Sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya ini menyebut jika di bawah Kim Jong-un, Korea Utara sudah menembakkan 21 rudal balistik sejak awal 2016. Meski begitu, belum pernah terjadi sebuah ledakan di udara dari serangkaian kegiatan yang telah mengguncang kawasan dan dunia tersebut.

Selama ini, Jepang dibatasi oleh minimnya alat utama sistem persenjataan (alutsista) serta anggaran pertahanan yang ketat. Namun, kata sumber lain di Pasukan Bela Diri Jepang, pilihan lainnya adalah Jepang tetap bergantung kepada AS untuk membantu negeri itu dari serangan Korea Utara.

"Saat ini, satu-satunya pilihan yang relevan adalah meminta bantuan Amerika untuk menghentikan mereka (Korut)," kata sumber tersebut.

Parade militer Korea Utara di Pyongyang (Reuters.com).

Sumber ini juga mengeluhkan kemampuan alutsista yang dinilai sudah tua. Rudal Patroit PAC-3 salah satunya. Rudal buatan AS itu bertugas untuk melindungi kota-kota besar, termasuk Tokyo sebagai basis terakhir pertahanan.

"Kami sudah menyiapkan anggaran US$1 miliar (Rp13 triliun) untuk memodernisasi kemampuan militer. Langkah ini untuk mengamankan kepentingan Jepang, khususnya jelang Olimpiade Tokyo 2020," ungkap sumber ini.

Tokyo dan Pyongyang telah terlibat dalam perlombaan senjata sejak 1998, di mana Korea Utara menembakkan rudal di atas Laut Timur.

Pada Juni lalu, rudal Musudan diluncurkan pada ketinggian 1.000 kilometer (620 mil), sekaligus menandai sebuah terobosan yang dapat memungkinkan Pyongyang memasang hulu ledak nuklir yang menyasar kapal perusak Jepang, BMD Aegis, yang sedang berpatroli di Laut Timur.

Akan tetapi, Musudan, yang digadang-gadang bisa terbang sejauh 3.000 kilometer (1.860 mil), itu harus jatuh dengan kecepatan mencapai 21 kilometer (13 mil) per detik.

Selain itu, hulu ledak nuklir juga akan dipasangkan di kepala rudal Rodong, yang diklaim bisa terbang 1.300 kilometer (800 mil) dengan kecepatan hingga 3 kilometer (1,9 mil) per detik.

 

(ren)