Pidato Terakhir di PBB, Obama Semprot Trump dan Putin
- REUTERS/Carlos Barria
VIVA.co.id – Dalam pidato terakhirnya di Majelis Umum PBB sebagai Presiden Amerika Serikat, pada Selasa, Barack Obama menyindir sekaligus mengkritik sosok 'orang kuat dan populis'.
Pernyataannya ini merujuk pada dua tokoh, yakni Presiden Rusia Vladimir Putin dan calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump.
Obama 'menyerang' Trump yang dinilai ingin memulai perang baru dengan mengancam imigran Latin dan Muslim. Sementara untuk Putin, ia melihat kalau mantan anggota KGB tersebut ingin mengembalikan kejayaan Uni Soviet untuk menguasai dunia dengan memperkuat militer.
Menurutnya, demokrasi tetap berlandaskan pada keteguhan untuk kemajuan manusia, bukan semata-mata karena 'populisme mentah' yang kini menjamur di AS dan seluruh dunia.
"Sejarah menunjukkan bahwa manusia yang kuat akan meninggalkan dua jalur. Perpecahan permanen yang memicu perselisihan di 'rumah kita', atau mengkambinghitamkan 'tetangga' yang dapat menyebabkan perang," kata Obama, seperti dikutip situs Channel News Asia, Rabu, 21 September 2016.
Dalam pidatonya selama 47 menit, Obama juga mengatakan bahwa masyarakat internasional harus membuka hati untuk melakukan lebih banyak membantu pengungsi yang putus asa karena jauh dari rumah.
"Kita harus membayangkan akan seperti apa mereka (pengungsi) jika tidak punya tempat tinggal. Pikirkan, bagaimana kalau kita di posisi yang sama seperti mereka," ungkapnya.
Kendati demikian, ia mengakui masih ada 'garis patahan yang jauh dalam tatanan internasional saat ini'. Ia pun mencontoh kawasan Timur Tengah di mana telah terjadi 'kerusakan fundamental' yang menyebabkan kegelisahan sosial.
"Saya tegaskan, dunia tidak akan stabil jika hanya satu persen manusia mengendalikan 99 persen kekayaan lainnya," ujar Obama, memberi makna.