Beda Rekrutmen Tentara ISIS dan Al-Qaeda
- REUTERS/Abed Kontar/Files
VIVA.co.id – Anggota kelompok militan Islamic State in Iraq and al-Syam (ISIS) cenderung lebih sulit dideteksi ketimbang anggota Al-Qaeda. Sebab, dalam menyebarkan ideologi radikalismenya, ISIS menggunakan jaringan internet, khususnya media sosial.
Sementara Al-Qaeda memakai pola yang sama dengan Jemaah Islamiyah, yakni merekrut anggota dan melatihnya melalui pembaitan, tentu dengan sistem verifikasi yang sangat ketat.
"ISIS sangat mudah merekrut anggota. Cukup sebar ideologi di internet saja. Tak perlu baiat dan sistem yang ketat. Makanya, mereka ini sering disebut lone wolf atau melakukan aksi secara tunggal. Sedangkan, Al-Qaeda menggunakan sistem jaringan (cell), sehingga mudah terdeteksi," kata Rakyan Adibrata, pakar kontraterorisme internasional kepada VIVA.co.id, Senin, 19 September 2016.
Selain itu, lanjut Rakyan, salah satu narasi yang disuarakan ISIS melalui internet, terutama melalui situsnya Amaq, adalah mendorong warga dunia untuk menjadi seorang pejihad (jihadi wannabe).
Namun, mereka ini harus melakukan aksinya sendiri. "Lakukan apapun demi jihad dan pakailah berbagai senjata. Bahkan, pisau dapur pun boleh dipakai jika perlu," ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme pernah menyebut kalau penyebaran paham kelompok ekstrem dilakukan melalui berbagai jalur, khususnya media sosial.
Pencegahan penyebaran paham radikal melalui media sosial sulit dilakukan karena bersifat anonim dan proses pelacakannya perlu waktu yang lama.