Oposisi Venezuela Rencanakan Demo Besar
- Reuters/Marco Bello
VIVA.co.id – Isu akan terjadinya aksi demo besar-besaran di Ibu Kota Venezuela, Caracas, semakin berembus kencang. Kelompok oposisi bertekad menurunkan Presiden Nicolas Maduro dari puncak kekuasaan.
Pemimpin oposisi Venezuela telah meminta agar seluruh pendukungnya bersiap menyerbu Caracas, dan mengambilalih kota tersebut pada hari Kamis waktu setempat atau Jumat Waktu Indonesia Barat. Tujuan mereka adalah untuk melakukan tekanan pada Komisi Pemilihan Umum untuk mempercepat referendum tahun ini, dengan tujuan menurunkan Presiden Maduro.
Aksi demo besar ini digelar karena ketidakpuasan kelompok oposisi atas krisis ekonomi yang menghantam Venezuela. Mereka menyalahkan pemerintah atas ekonomi negara tersebut yang terus terpuruk. Presiden Nicolas Maduro dan kabinetnya dituding gagal memimpin.
Sementara seperti diberitakan oleh Reuters, Kamis, 1 September 2016, menyambut adanya seruan demo besar-besaran tersebut, Presiden Maduro dan kabinetnya mengaku sudah sangat siap. "Jika mereka bertujuan melakukan kudeta, menyergap, dan kekerasan dalam politik kekerasan, pemerintahan hasil revolusioner ini akan menghadapi dengan respon yang tidak biasa dan luar biasa," ujarnya.
Ribuan tenaga keamanan ekstra akan ditempatkan di Caracas untuk menghadapi serbuan demonstrasi tersebut. Sejak rencana demo besar-besaran ini dikemukakan, sejumlah oposisi telah ditangkapi. Pekan lalu, Daniel Ceballos, seorang tokoh populer dari partai oposisi dikembalikan ke penjara setelah selama setahun menjadi tahanan rumah setelah dianggap bertanggungjawab atas aksi pemberontakan.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan Cabellos merencanakan akan kabur dari tahanan rumah untuk menggerakkan aksi demo besar-besaran tersebut.
Venezuela dilanda ketidakstabilan politik sejak Presiden Hugo Chavez meninggal dunia pada 2013. Pengganti Chavez, Nicolas Maduro, dianggap tak layak dan tak mampu menggantikan peran Chavez. Situasi politik yang tak pernah kondusif akhirnya berpengaruh pada problem ekonomi. Kemarahan rakyat Venezuela pada Maduro dan pendukungnya semakin merebak setelah bahan pangan menjadi langka, banyak perusahaan tutup, dan pengangguran terus meningkat.
(ren)