Filipina Buru Polisi Pengedar Narkoba, Ada Imbalan 570 Juta

Presiden Filipina Rodrigo Duterte (kanan) bersama Wakil Presiden Leni Robredo di Istana Malacanang, Manila, Filipina, Kamis, 30 Juni 2016.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVA.co.id – Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte berjanji akan memberikan imbalan sebesar dua juta peso (Rp570 juta) bagi siapa saja yang menginformasikan adanya keterlibatan Polisi Filipina melindungi sindikat narkoba.

Langkah ini juga sekaligus peringatan untuk para pejabat negeri itu yang korup untuk menghadapi "hari penghitungan".

Dalam pidatonya di Hari Pahlawan Nasional, seperti dikutip situs Reuters, Senin, 29 Agustus 2016, Duterte mengatakan tidak ada kata istirahat dalam perang melawan narkoba.

Hal tersebut dibuktikan melalui laporan Polisi Filipina bahwa sebanyak 1.916 orang telah tewas dieksekusi sejak mantan Wali kota Davao itu menjadi presiden dua bulan yang lalu.

Artinya, sekitar 36 orang per hari tewas akibat tertangkap mengedarkan narkoba serta menolak untuk ditahan dan direhabilitasi. Ia pun mencerca kritikan terhadap dirinya yang dituding tebang pilih dalam memberantas narkoba.

"Saya tidak terima kalau hanya orang miskin saja yang menjadi sasaran polisi. Anda harus tahu, jenderal, gubernur, wali kota, dan juga polisi juga kami incar yang terlibat dalam perdagangan narkoba. Negara kita sedang krisis. Narkoba telah masuk ke sendi-sendi kehidupan," kata Duterte, di depan para veteran tentara dan polisi, pejabat pemerintah dan diplomat asing.

Seperti diketahui, Duterte telah melansir sekitar 160 pejabat, hakim, polisi dan tentara, pada Juli 2016, yang diduga melindungi pengedar narkoba kakap serta memperdagangkan barang haram tersebut ke masyarakat.

Hingga Selasa lalu, Kepolisian Nasional Filipina melaporkan sudah 1.916 orang tewas dalam kampanye pemberantasan narkoba di Filipina, sejak Rodrigo Roa Duterte menjabat sebagai presiden.

Jumlah ini meningkat 116 dari sebelumnya yang berjumlah 1.800 orang. Dari total 1.916, sebanyak 1.160 diklasifikasikan sebagai kematian dalam penyelidikan, sementara 756 dipastikan akibat operasi antinarkoba.

 

(ren)