Polisi Filipina: Berantas Bandit Narkoba, Jangan Takut HAM
- REUTERS/Erik De Castro
VIVA.co.id – Kepala Polisi Nasional Filipina, Ronald "Bato" Dela Rosa, mengatakan, dalam bertugas mengejar bandit narkoba dan pelaku kriminal lainnya, polisi harus memikirkan faktor keamanan dan memastikannya selamat dari setiap operasi pemberantasan kejahatan demi bertemu keluarga.
Oleh karena itu, Dela Rosa memerintahkan jajarannya untuk tidak takut bertindak dalam menjalankan tugas.
"Anda harus tetap hidup. Biarkan kasus diajukan, bahkan sampai menghadapi tuduhan. Jangan takut. Yang terpenting Anda tetap hidup," katanya, usai meresmikan fasilitas rehabilitasi narkoba di kota Santa Rosa, Laguna, dekat Manila, seperti dikutip situs Inquirer, Jumat 26 Agustus 2016.
Akan tetapi, genderang perang pemerintah terhadap narkoba ini memicu kekhawatiran Komisi Hak Asasi Manusia Filipina (Philippines Commission on Human Rights), karena meningkatnya jumlah kematian yang dilakukan polisi.
Menanggapi protes Komisi HAM ini Bato pun menjawabnya dengan tenang.
"Yang tewas adalah penjahat, bukan kita. Harus diingat, jika Anda meninggal, tidak ada satu pun dari mereka (Komisi HAM) yang akan berada di sana untuk memberi makan anak-anak Anda. Tidak ada satu pun dari mereka akan mengirim anak-anak Anda ke sekolah dan sukses," ungkap dia.
Kendati demikian, Dela Rosa mengklarifikasi bahwa dirinya tidak memerintahkan polisi untuk melanggar HAM.
Polisi Bandit
"Kami harus melakukan pekerjaan kami berdasarkan prosedur dan aturan hukum yang berlaku. Kami tidak peduli berapa banyak mereka mengkritik cara kerja polisi. Selama kami memiliki bukti, apa yang bisa mereka lakukan?" tutur Dela Rosa.
Ia juga mengingatkan bahwa perang terhadap narkoba bukan hanya berlaku bagi masyarakat, namun jajarannya sendiri.
Hal ini merujuk pada laporan bahwa terdapat sejumlah polisi bandit Filipina yang terlibat dalam jaringan narkoba.
"Saya ingin menekankan pada titik ini bahwa kita semua mengobarkan perang yang sama. Saya ingin membersihkan institusi ini dari keterlibatan obat-obatan terlarang," kata dia.
Sejak Rodrigo Roa Duterte resmi menjadi Presiden, banyak pelaku narkoba tewas ditembak lantaran mereka menolak ditangkap, yang berujung baku tembak dengan aparat penegak hukum.
(ren)