Barat dan Eropa Cemaskan Erdogan
- REUTERS
VIVA.co.id - Puluhan media cetak dan eletkronik di Turki ditutup oleh pihak berwenang. Tiga kantor berita, 16 stasiun televisi, 45 surat kabar, dan 15 majalah menjadi korban. Selain itu Turki juga mengumumkan pemecatan ribuan anggota militernya.
Penutupan kantor-kantor media dan pemecatan anggota angkatan bersenjata tersebut diumumkan di situs resmi pemerintah, Resmi Gazete. Sejak upaya kudeta yang gagal pada 15-16 Juli 2016, pemerintah Turki terus melakukan penutupan pada sejumlah sekolah, badan amal, dan lembaga-lembaga lain yang diduga memiliki afiliasi dengan Fethullah Gulen, ulama Turki yang kini menetap di AS. Selain itu pemerintah Turki juga memecat, menahan, dan menginterogasi puluhan ribu warga dari berbagai profesi, mulai dari ulama, guru, tentara, dokter, perawat, dan lain lain.
Pemerintah dan kelompok HAM di Barat yang juga menentang aksi kudeta yang menewaskan 246 orang dan melukai lebih dari 2.000 orang menyatakan keprihatinannya atas tindakan Erdogan. Dikutip dari Al Arabiya, 28 Juli 2016, Barat dan Eropa menduga Erdogam memanfaatkan momen ini untuk membungkam perbedaan pendapat dan mengencangkan cengkeramannya pada kekuasaan.
Erdogan yang lolos dari kudeta pada malam tersebut, membantah tuduhan itu. Ia mengaku memiliki tujuan yang lebih luas dan mengatakan justru ia tengah membangun demokrasi karena gerakan Gullen justru seperti membangun "negara paralel" dengan memberdayakan militer, media, dan PNS.